Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepincuk Gendar Pecel (Dalam Bayangan Mimpi)

27 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 27 Mei 2023   18:06 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke pantai...tanpa menyadari sering aku hampir terlelap, kalau ke gunung diperlukan jalan yang terjal dan berliku. Mungkin saatnya hari ini aku menabur garam-garam yang lain yang dapat kuinsafi dan apakah itu dapat diberi sebagai yang tiada pernah jemu?

Ke 'Bunbin' alias Kebun Binatang...aku merilisnya sambil melangkah pergi. Aku rasa tanpa mengecilkan angin laut dan angin gunung, waktu yang tepat menengok kumbang beserta saudaranya dan saudara-saudara kita yang lain. Perlulah kita untuk tetap jaga komunikasi dan silaturahmi agar selalu terjalin keakraban dan tali kasih.

Maka tanpa ragu aku gayuh ke sana dan kini aku berada sudah dikomunitasnya. Selamat pagi...aku sapa semua saja sambil merekah pergi menuju tempat-tempat yang mungkin bisa kuajak bicara dan membuatku tersadar.

Pertama dan selanjutnya, tetapi sebelumnya aku setelah melewatkan pintu masuk...disambut sudah sepupu-sepupu kita. Dengan ramah kita menyimak mereka dan dengan ramah kita disambut mereka. Kita berjalan seakan awalnya mereka yang mengitari. Kita duduk mereka menghibur dengan lompat-lompat tali, tapi apakah yang telah kita saksikan ada di telinga jua?

("Ma...mama kenapa burung-burung itu, sakit yaa?")

Aku melengok dan aku berubah arah. Mataku dan segenap indera, baik yang mendengar atau yang lain berubah solidaritas ke arah ke bersihan suara anak itu. Dan akupun menyisir jejaknya selepas mereka tinggalkan jejak yang tak terlupakan.

Indah...aku foto dan jepret, setelah itu aku perhatikan dengan posisiku yang setengah melotot. 'Cenderawasih' (di papan tertulis begitu) datangnya pula dari bumi cenderawasih sana.

Saat itu aku berpikir, kenapa dia ada di sini? Dan akupun berbalik ke arah diriku sendiri, bagaimana jika aku sekarang dipaksa untuk hidup di kutub utara seorang diri?

Mungkin itu keputusanku yang berpatokan sepihak, aku berharap dari yang sepihak itu ada orang-orang lain yang mengikuti pihakku. Seperti...seperti sunset yang akan selalu diikuti bintang dan bulan, nah itulah yang aku maksudkan bukannya menjadi pengikutku atau aliansiku...aku tak butuh pengandaian yang semacam terakhir aku sebutkan.

("Hore...hore...!!!) ooeeh...ramai sekali!  Sekali lagi aku terguncang oleh teriakan anak-anak yang dengan riang dan gembiranya mengabadikan waktu mereka. Saatnya mengubah pandangan untuk memastikan apakah gerangan yang membuat mereka begitu bersahaja dan berteriak kegirangan, mungkin saat yang tepat menghabiskan pikir bersama mereka...aku akan mencari dimana tempat itu berada.

Oh di sana...tapi aku kira sedari nanti tempatnya akan tetap di sana, kenapa aku berpikir seperti itu? aku rasa darahku tersisih dengan perlahan dan akhirnya mendidih menyaksikan kandang cukup menjanjikan di hutan depan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun