Mohon tunggu...
Umar Fondoli
Umar Fondoli Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jika kebisuan tidak sanggup memberikan jawaban, menulis adalah cara mudah untuk meringankan beban hidup.

Kalau susah diomongin, ditulis aja......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Genggaman Rencana

11 Maret 2011   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku ridho, Mir. Aku akan mencoba untuk tetap sabar dan ikhlas. Tidak semua keadaan yang buruk akan memberikan hikmah yang buruk pula. Aku yakin itu, gusti Allah tidak tidur dan tahu apa yang terbaik buat hambaNya.”

+++++++

Dua tahun sejak musibah kebakaran yang menimpa rumah malik dan menewaskan istrinya, aku dan Malik aku tidak pernah bertemu dan kontak dengan Malik. Mumpung ada rejeki, aku hari ini mengunjungi dia lagi.

“Assalamu’alaikum…” aku lihat rumah Malik sudah berubah lebih bagus, lebih asri dan banyak tanaman bunga di halaman depannya

“Wa’ alaikumu salam…” kog yang menjawab suaranya lembut banget. Jangan-jangan bukan rumahnya Malik lagi. Seorang bidadari cantik berjilbab persis tokoh Khumaira dalam film Ayat-ayat Cinta, muncul dari dalam rumah.

“Maaf, apa benar ini rumahnya Abdul Malik, “ tanyaku kepada bidadari cantik itu.

“Iya betul, saya istrinya. Bapak siapa, ya ? “ katanya dengan nada yang sangat santun.

“Saya Amir, sahabatnya suami mbak, saya dari Jawa,” ternyata benar juga bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Dibalik kesusahan pasti ada keberkahan.

Tidak lama kemudian, Malik keluar dari dalam rumah dan langsung memeluk aku dan adegan keharuan seperti dalam film drama itu terulang kembali. Lalu aku membisikan kepadanya,”Alhamdulillah, ternyata Allah telah memberikan ganti yang lebih baik kepadamu. Selamat ya.”

Dan Malik hanya tertawa terkekeh-kekeh, sementara istrinya menyaksikan dengan senyum penuh tanda tanya. Kini aku lihat tidak ada lagi guratan wajah yang layu. Dalam setiap obrolan, dia sekarang banyak tertawa lepas. Dia sudah menjadi pengajar tetap di pondok pesantren Wak Umar.

Dan aku perhatikan, kehidupan ekonominya pun lebih baik dibandingkan ketika dia beristrikan Halimah. Dia sudah punya sepeda motor meskipun kredit. Hanya saja ada yang berbeda dalam diri Malik, sekarang dia sudah tidak lagi diikuti hewan-hewan buas. Dia bukan saja berhasil menjinakkan kebuasan hewan-hewan itu, tapi juga sudah berhasil menjinakkan rasa dendam, kebencian, hawa dan nafsu yang sebelumnya selalu berselimut dalam hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun