"Tidak usah khawatir, selama masih ada rumah, selama itu juga kita masih punya alasan untuk pulang," ucap saya menyemangati mereka.
Saya memperhatikan jam dan sebentar lagi kelas akan selesai. Akan tetapi rasa penasaran saya tertuju kepada anak lelaki di pojokan kelas yang dikenal bermasalah oleh para guru, dan sedari tadi, saya tidak melihat dirinya memiliki keinginan untuk maju.
"Rahel...." Saya memanggil dan bocah itu mengangkat wajahnya.
"....Giliran kamu" saya menyambung.
Awalnya Rahel diam untuk beberapa lama dan teman-temanya yang lain tidak menggubris, sampai kemudian ia berdiri dari bangkunya dan berjalan ke depan kelas.Â
Ia ragu dan memandang teman-teman didepannya, saya memegang pundaknya untuk memberikan semangat dan ketika ia membalikkan kertas gambar, kami semua terdiam. Dengan bibir gemetar, ia kemudian bercerita;
"Ketika aku masih kecil...tepat ketika aku selesai bermain layang-layang, aku melihat ibuku mati tergantung di dapur. Ia gantung diri menggunakan sarung dan wajahnya tepat menghadapku, dan ketika aku melihat wajahnya saat itu, ia melotot dengan lidah yang terjulur keluar..."
"...Seperti gambar ini, aku mencoba menggambar wajah ibuku kala itu, hal yang buat aku takut sama tempat gelap dan nggak mau ikut kemah di hutan kemarin...aku takut sama gelap, karena setiap kali aku lihat tempat yang gelap, aku terkadang bisa lihat wajah ibuku disana dengan kepala bengkok dan lidah yang terjulur..."
"...Kata orang-orang tempat aku tinggal, aku anak haram. Sampai sekarang aku nggak tahu apa maksudnya itu, tapi ibuku pernah cerita kalau aku dilahirkan tanpa ayah, yang artinya, aku yatim...sama seperti di gambar ini, ayah aku gambar sebagai sosok putih yang berdiri disampingku, aku nggak buatkan dia mata, hidung, rambut, juga mulut, karena ia nggak pernah ada, dan aku juga nggak pernah ketemu dia" Â tangan kanannya kemudian menunjuk sebuah gambar anak kecil yang digambar dengan warna merah "Sementara ini aku... aku gambar diriku pake crayon merah karena katanya yang haram haruslah bewarna merah, tapi malah lebih terlihat kayak iblis dibandingkan aku...."
"...Oh iyaa, karena kedua orangtuaku nggak ada, akhirnya aku nggak dibesarkan oleh ibuku seperti kalian semua, melainkan tanteku. Tanteku selalu menyuruh aku melakukan apapun, belanja pergi barang ke pasar, menjual kue di terminal, dan menimba air sumur. Itu membuat aku capek, dan kadang aku nggak bisa konsentrasi dalam kelas juga sering nggak bisa kontrol emosi yang buat aku jadi sering berantem, aku minta maaf banget pada Rio yang pernah aku buat bengkak matanya...Di gambar ini, aku gambar tanteku sebagai monster babi yang berada jauh dibelakangku, karena nggak hanya jahat, ia juga galak dan selalu buat aku takut karena aku akan dihukum kalau nggak ikuti kemauannya..."
"...dan lingkaran bewarna gelap ini, adalah kalian...aku buat gelap karena aku nggak pernah nyaman dan selalu takut sama kalian, nggak tahu kenapa, rasanya aku sering ditinggalin dan sering ngerasa sendiri di kelas ini...aku ngerasa nggak pantas untuk siapapun, dan nggak pantas untuk ada dimanapun, jadi aku lebih suka sendiri daripada sama kalian..."