"Tidak ada yang tahu anak itu mau apa! Kadangkala ia pendiam banget, kadangkala nakal banget. Pastikan kamu bisa atasi dia, tapi jika dia nakal, hukum saja!" Ucap guru yang lainnya.
"Terakhir kali dia berantem dengan anak bupati disini, dan itu jujur buat kami khawatir karena anak bupati itu bengkak matanya". Ucapan satpam itu mengingatkan saya kembali.
Saya pada akhirnya memperhatikan anak itu lebih lama, namun ia hanya diam. Beberapa kali ia menghapus bagian yang salah dalam gambarannya dan kemudian kembali menggambar. Saya sendiri tidak tahu gambar apa yang sedang ia buat, hanya saja saya kerapkali melihat ia mengambil krayon hitam dan merah, kemudian menggambar lagi.
Saya juga memutuskan untuk menyambanginya namun karena setiap kali saya mau melihat ia menggambar apa, ia menutup gambarannya. Membuat saya memutuskan untuk menunggu waktu agar peserta didik segera menyelesaikan tugasnya.
"1 Menit lagi" ucap saya dan membuat mereka panik.
"Belum pak guruuuuuuu" ucap mereka bersahutan.
"Nggak apa-apa, fokus gambar yaaa" saya membalas.
Dan kelas kembali kondusif.
Pada akhirnya waktu telah habis sehingga saya kemudian berdiri dari kursi dan menuju ke depan meja mereka semua. Saya memperhatikan mereka satu persatu dan nampak mereka juga memperhatikan saya.Â
Saya menebak bahwa mereka takut untuk disuruh bicara terkait gambar yang telah mereka buat, namun bagaimanapun aturan adalah aturan, dan aturan harus ditepati.
"Siapa yang mau maju untuk menceritakan duluan?" saya menggoda dan peserta didik terdiam.