Mohon tunggu...
May Wagiman
May Wagiman Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder. --RUMI--

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengalami Baby Blues Saat Tinggal di Luar Negeri, Apa yang Dapat Dilakukan?

6 Juli 2024   09:26 Diperbarui: 6 Juli 2024   18:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Retnovita Kartini dan keluarga (foto pribadi/Retnovita Kartini)

“Saya cerita ke teman-teman yang lebih dulu punya anak. Cerita kami ada yang mirip; misalnya kurang tidur atau karena puting yang lecet. Tapi ada juga penyebab baby blues/PPD-nya beda, misalnya karena mereka cekcok dengan mertua atau karena tinggal berjauhan dengan suami, dan macam-macam alasan lain.”

Namun Vita juga memberi saran. “Curhat atau diskusi dengan teman sebaiknya pilih-pilih juga. Cuma cerita ke teman-teman yang suportif, yang paham diri kita. Enggak cerita ke orang-orang yang malah bikin kita down.”

Penanganan baby blues/Postpartum Depression (PPD)

Beralih dari gejala dan penyebab baby blues dan PPD, penanganan apa saja yang dilakukan Vita dan suami untuk menanggulangi saat-saat sulit itu. Vita mengatakan bahwa mereka tidak khusus pergi ke rumah sakit untuk mencari bantuan. Ia dan suami merasa cara mengasuh anak berbeda antara di Jepang dan Indonesia. 

Karena keduanya tinggal di Jepang, mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional dari Indonesia secara online. “Kami konsultasi dengan psikolog yang khusus menangani kasus baby blues dan postpartum depression.”

“Alasan konsultasi online dengan psikolog dari Indonesia karena saya dan suami asli Indonesia. Kami pikir cara asuh orang Indonesia dan orang Jepang beda. Jadi pendekatannya akan lebih mengena kalau konsultasi dengan sesama orang Indonesia juga.”

Vita meneruskan dengan memberitahu apa yang disarankan oleh psikolog saat mereka berkonsultasi. 

“Terus-terusan ngomong secara verbal ke bayi kalau kita sayang walau hati belum merasa sayang. Tapi nanti lama-lama otak kita akan merekam dan bisa jadi sugesti untuk menjadi sayang.”

“Menurut psikolog itu, sindrom baby blues yang berlanjut ke PPD bisa jadi karena bayi belum bisa kasih respons. Begitu bayi mulai sedikit bisa mengoceh, baru mulai terasa ada interaksi. Kita jadi merasa ada komunikasi dua arah. Dan ini bisa menimbulkan rasa sayang,” beber Vita. 

Tambahnya, “Baby blues/PPD ini berkurang jauh setelah bayi mulai besar dan semakin bisa merespons.”

Jepang terkenal banyak memberi bantuan kepada ibu-ibu hamil dan pasca bersalin. Berkaitan hal ini Vita menjawab, “Beberapa hari setelah melahirkan ada pegawai balai kota setempat yang datang ke rumah untuk cek kondisi saya. Tapi karena yang datang staf laki-laki saya agak ragu untuk konsultasi banyak. Jadi hari itu dia cuma beri brosur info saja.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun