Mohon tunggu...
May Wagiman
May Wagiman Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Raise your words, not voice. It is rain that grows flowers, not thunder. --RUMI--

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengalami Baby Blues Saat Tinggal di Luar Negeri, Apa yang Dapat Dilakukan?

6 Juli 2024   09:26 Diperbarui: 6 Juli 2024   18:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Retnovita Kartini dan keluarga (foto pribadi/Retnovita Kartini)

Vita melahirkan anaknya di St. Marianna University Hospital di kota Kawasaki pada bulan Januari 2022. Tiga hari pasca bersalin ia harus mengisi Postpartum Depression form dari rumah sakit. Dilanjutkan dengan follow-up kondisi dengan bidan rumah sakit. 

Vita mencari tahu sindrom baby blues dan gejalanya secara online. Gejala baby blues dapat muncul dua atau tiga hari pasca bersalin dan setiap orang memiliki gejala yang berbeda. Beberapa di antaranya dilansir Healthline adalah insomnia, menangis berlebihan, atau lekas tersinggung. Lansiran Healthline ini ditanggapi Vita dengan berkomentar, “Gejala saya dulu, saya susah dekat sama bayi.”

Ada ibu yang merasa bersalah karena tidak bisa dekat/tidak ada bonding dengan bayinya. Vita merespons, “Saya merasa bersalah, sih enggak. Yang penting kebutuhan ASI bayi terpenuhi.”

Lebih lanjut dilansir Healthline, baby blues berlangsung tidak lebih dari dua minggu. Setelah lewat dari dua minggu dapat memunculkan depresi postpartum (Postpartum Depression-PPD). 

Menanggapi pernyataan di atas Vita memaparkan, “Saya mengalami baby blues lebih dari dua pekan. Secara teori, ya masuk masa PPD. Selama masa PPD sangat susah sekali untuk sayang dengan bayi. 

Mungkin terdengar jahat. Tapi itu yang saya rasakan dulu. Tapi saya enggak sampai jadi menyakiti diri sendiri atau menyakiti bayi saya. Dan untungnya saya dan suami sudah cari informasi tentang baby blues dan PPD sebelum melahirkan, jadi pada saat mengalami baby blues tidak terlalu bingung atau kaget lagi.”

Vita melanjutkan. “Saya pikir alasan saya mengalami baby blues dan lanjut ke PPD mungkin saat itu susah untuk menyusui bayi karena puting yang lecet dan karena kurang tidur. Terutama karena kesusahan menyusui ini jadi menjalar ke semua hal yang bikin bad mood.”

Peranan suami sangat penting saat istri mengalami baby blues atau PPD. Vita menyebutkan bahwa suaminya membantu menjaga bayi dan membantu urusan domestik di rumah. “Semua dikerjakan bareng. Suami juga ambil cuti selama tiga minggu dari kantor jadi bisa banyak membantu,“ kata Vita. 

“Kerjaan saya setelah melahirkan cuma kasih ASI dan tidur saja sebisa mungkin. Urusan rumah diatur suami.”

Berdiskusi dengan suami atau anggota keluarga lain tentang apa yang dirasa ibu bisa sangat membantu. Selain itu, bercerita kepada teman-teman yang betul-betul mendukung dan memberi support mental juga bisa meringankan perasaan. 

Kalau misalnya kita tidak bisa membantu teman kita yang mengalami baby blues, mungkin dengan memberi mereka `space` dan  privacy juga bisa menolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun