Ketika ego, yang berfungsi sebagai mediator, gagal menyeimbangkan kedua komponen ini, perilaku manipulatif dan tidak etis seperti korupsi cenderung muncul.
Selain itu, lingkungan yang permisif terhadap pelanggaran, seperti sistem hukum yang tidak konsisten atau budaya kerja yang mendukung penyimpangan, memberikan ruang bagi individu untuk melegitimasi tindakan korupsi mereka.Â
Lingkungan semacam ini tidak hanya mengurangi efek pengendalian superego tetapi juga memperkuat impuls destruktif dari id, sehingga perilaku koruptif semakin mengakar.Â
Hal ini menunjukkan bahwa korupsi bukan hanya masalah moral individu, melainkan juga hasil dari interaksi kompleks antara psikologis dan lingkungan sosial yang mendukung penyimpangan.
Penjelasan:
- Ego berada di tengah, mencoba menyeimbangkan pengaruh Id (dorongan primal) dan Superego (moralitas).
- Lingkungan yang permisif terhadap pelanggaran serta budaya korupsi yang melemahkan moral memberikan tekanan besar pada Ego, membuatnya sulit mengendalikan dorongan Id.
- Akibatnya, Ego gagal mempertahankan keseimbangan, mendorong perilaku koruptif.
C.Analisis Solusi
ini mendalami bagaimana pendekatan psikoanalitis Sigmund Freud dapat diterapkan untuk menangani fenomena korupsi melalui tiga langkah utama, yaitu pencegahan, pemberantasan, dan rehabilitasi sistemik. Setiap langkah ini dirancang untuk memahami dan memengaruhi dinamika kepribadian individu serta lingkungan sosial yang mendukung perilaku koruptif.
1. Pencegahan: Menggunakan Pendidikan Moral untuk Memperkuat Superego
Pendekatan pencegahan menekankan pentingnya pembentukan superego sejak usia dini. Superego, yang berperan sebagai panduan moral dalam teori Freud, berkembang melalui internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial. Pendidikan moral sejak masa kanak-kanak berfungsi untuk memperkuat superego sehingga individu lebih mampu menahan dorongan impulsif dari id, seperti keinginan akan kekuasaan atau kekayaan tanpa batas.