PENDAHULUAN
Ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz) berasal dari daerah tropika sekitar Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Bangsa Spanyol membawa ubi kayu dari Amerika Utara ke Filipina antara abad ke-16 dan ke-17, dan yang berkembang di Indonesia sebagian besar berasal dari Filipina (Van Der Eng 1998). Meskipun ubi kayu bukan tanaman asli Indonesia, tetapi telah berkembang luas di hampir seluruh wilayah. Ubi kayu terbukti berperan penting sebagai penyangga pangan bagi masyarakat pedesaan di Pulau Jawa pada jaman colonial, dan saat ini berperan penting dalam sistem perekonomian Indonesia, khususnya sebagai bahan baku berbagai industri pangan dan non-pangan untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor.
Secara umum Ethanol lebih dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu,ubi jalar,jagung,sorgum,beras,ganyong dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan nama Bioethanol. Bahan baku lain-nya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu,nira,buah mangga,nenas,pepaya,anggur,lengkeng,dll. Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia,sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol. Namun dari semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang setiap hektarnya paling tinggi dapat memproduksi bioethanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol.
LANDASAN TEORI
Singkong (ubi kayu)
Ubi kayu merupakan tanaman "multiguna" karena umbi, batang dan daunnya bermanfaat. Umbi ubi kayu kaya gizi, mengandung karbohidrat 34%, protein 1,2%, lemak 0,3%, fosfor 40%, berbagai unsur mineral, dan bahkan vitamin. Bagian kulit umbi dan limbah industri pati (onggok) digunakan sebagai bahan pakan ternak. Di pedesaan, batang muda dan daun banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, dan batang ubi kayu kering sebagai bahan bakar. Daun ubi kayu merupakan sumber protein (6,8%), mineral serta vitamin A dan C. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai industri. Melalui berbagai proses dehidrasi, hidrolisis, sakarifikasi, dan fermentasi ubi kayu dapat diproses menjadi glukose, dekstrose, sorbitol, bioetanol, lem, bahan kertas dan lain-lain. Selain untuk pengganti nasi, ubi kayu juga kerap diolah menjadi berbagai olahan makanan, mulai dari keripik ubi kayu, tape ubi kayu, getuk, gatot, tiwul instan dan masih banyak olahan lainya.
 Â
  Gambar 1.singkong / ubi kayu
Saccharomyses cerevisiaea
Saccharomyces cerevisiae adalah eukariota yang paling baik dipelajari dan alat yang berharga untuk sebagian besar aspek penelitian dasar tentang organisme eukariotik. Hal ini disebabkan oleh sifat uniselulernya, yang sering menyederhanakan masalah, menawarkan kombinasi fakta bahwa hampir semua fungsi biologis yang ditemukan pada eukariota juga ada dan terpelihara dengan baik di S. Cerevisiae. Selain itu, juga mudah menerima manipulasi genetik. Selain itu, tidak seperti organisme model lainnya, S. Cerevisiae secara bersamaan sangat penting untuk berbagai aplikasi bioteknologi, beberapa di antaranya berasal dari beberapa ribu tahun. S. Kegunaan bioteknologi cerevisiae terletak pada karakteristik biologisnya yang unik, yaitu kapasitas fermentasinya, disertai dengan produksi alkohol dan CO2 dan ketahanannya terhadap kondisi osmolaritas dan pH rendah yang merugikan.
Gambar 2.Saccharomyces cerevisiae