ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa rantau. Dengan semakin berkembangnya teknologi digital, QRIS muncul sebagai solusi pembayaran non-tunai yang memudahkan transaksi sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan distribusi kuesioner yang melibatkan 32 responden mahasiswa rantau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa lebih aman dan cenderung berbelanja lebih banyak saat menggunakan QRIS. Meskipun QRIS menawarkan kemudahan, ada kekhawatiran bahwa penggunaannya dapat meningkatkan perilaku konsumtif yang impulsif, terutama di kalangan mahasiswa yang hidup mandiri. Oleh karena itu, diperlukan edukasi keuangan dan inovasi fitur dalam QRIS untuk membantu mahasiswa mengelola pengeluaran mereka dengan lebih bijak. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana teknologi pembayaran digital dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik di era digital.
KATA KUNCI: QRIS, Perilaku Konsumtif, Mahasiswa Rantau.
LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring bertambahnya dengan perkembangan teknologi digital, sistem pembayaran non-tunai semakin popular dikalangan masyarakat, termasuk mahasiswa. Salah satunya adalah pembayaran digital yang digunakan adalah Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). QRIS dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2019 untuk mempermudah transaksi elektronik melalui berbagai dompet digital dengan standar yang sama. Penerapan QRIS dikehidupan Masyarakat termasuk ke dalam lingkungan kampus, telah mengubah cara mahasiswa melakukan transaksi harian mereka.
Menurut Sulistyowati (2020) mengatakan bahwa adopsi teknologi QRIS oleh generasi muda cenderung lebih cepat dibandingkan dengan generasi lain karena mereka terbiasa dengan teknologi digital. Penggunaan QRIS sebagai alat pembayaran digital juga membawa kemudahan, seperti proses pembayaran yang cepat dan praktis tanpa harus membawa uang tunai. Namun, dibalik kemudahan tersebut juga menimbulkan ke khawatiran bahwa bertansaksi ini dapat mendorong perilaku konsumtif, terutama pada mahasiswa rantau.
 Menurut Priyanto (2021) mengatakan bahwa kemudahan akses pembayaran digital dapat berpotensi meningkatkan pembelian impulsive karena konsumen tidak merasakan "rasa kehilangan" fisik seperti pada saat melakukan pembayaran dengan uang tunai. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman dan Haryanto (2022) yang mengatakan bahwa peningkatan penggunaan pembayaran digital dapat mengurangi kesadaran konsumen terhadap pengeluaran mereka, sehingga menimbulkan perilaku konsumtif.
Mahasiswa Rantau seringkali dihadapkan pada tantangan dalam mengelola keuangan karena hidup mereka jauh dari pengawasan orangtua dan harus mandiri mengatur pemasukan dan pengeluaran. Pengguna QRIS yang mudah dapat menjadi pisau bermata dua bagi mereka. Menurut Putri dan Santoso (2021) mengatakan bahwa mahasiswa yang menggunakan pembayaran digital seperti QRIS sangat rentan terhadap godaan untuk berbelanja barang-barang atau makanan yang sebenarnya mereka tidak terlalu membutuhkan atau mereka lakukan karena lapar mata, karena segala sesuatunya terasa lebih mudah dan cepat. Temuan relevan ini dengan perilaku konsumtif yang seringkali dikaitkan dengan gaya hidup modern dan kecenderungan untuk megikuti tren.
Dalam studi yang dilakukan Yuliana (2023) mengatakan bahwa mahasiswa rantau memiliki Tingkat perilaku konsumtif yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa local. Salah satu faktornya penyebabnya karena rasa ingin bersosialisasi dengan teman-teman baru dan ingin cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, yang seringkali mendorong mereka supaya berbelanja lebih banyak.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembayaran Via Qris