Akhir Tahun: Menyemai Cinta Bersama Bunda
Kata mereka, diriku s'lalu dimanja
Kata mereka, diriku s'lalu ditimang
Kudengarkan bait-bait lagu Melly Goeslaw itu sepenuh emosi, diiringi semilir angin menerobos dari jendela dan mentari menapaki sinarnya, di ufuk timur saat langit belum begitu membiru.Â
Pandanganku sejurus menikmati polah lebah dan kupu-kupu, saling menyikut untuk mendahului menyesap manisnya putik sari di pelataran taman bunga yang kutanam. Menambah kuat kerinduan hatiku pada Bunda yang suka sekali menanam. Kata orang, bunda bertangan dingin, apapun yang ditanam pasti jadi.
Aku menandaskan  teh jahe tegukan  terakhir.  Lalu bergegas beranjak mengantarkan suami yang bersiap pergi bekerja. Aku juga harus berkemas, mempersiapkan kepulanganku menuju kampung halaman, karena Desember adalah jatahku ada di rumah menemani bunda yang sudah semakin senja. Adikku sudah memesankan tiket kereta sejak satu bulan yang lalu.
 Selama ini, bunda bersama adikku Sekar, dan anak-anaknya, bersyukur dia bersuamikan orang Jakarta dan mengizinkan Sekar untuk tetap bersama. Jadi dialah yang selama ini disibukkan dengan tugas merawat Bunda. Dan tiap akhir tahun, adalah waktu untuk Sekar bersama keluarganya ke Jakarta. Sehingga tugas menemani bunda, aku ambil alih.
Ting!
Gawaiku berbunyi, sebuah panggilan masuk di aplikasi hijau. Kuterima panggilan  dari Sekar.
"Teh. Nanti malam berangkat kan?"
Keningku berkerut, "Bukan nanti malam tapi besok, Â malam Jum'at!" seruku dengan sedikit rasa gusar.