"Bicara apa kamu? Bukan pernikahanmu yang bikin aku sedih. Tapi ..., karena pohon jambu Abah, akan ditebang." ucapku sendu. Keresahanku semakin menjadi.
"Maafkan aku, Mbak!"
"Bukan salahmu. Ayo kita makam!" Aku segera beranjak ke luar kamar untuk mempersiapkan makan malam keluarga.
Pagi hari, para lelaki tetangga kiri-kanan sudah ramai berkumpul, untuk menebang dua pohon jambu di halaman.
Prak!
Dahan jambu batu yang patah, seolah ikut mematahkan hatiku. Oh kenangan terakhir abahku.
Prak!
Patahan kedua, menumbangkan pohon jambu batu yang tumbuh tinggi, menyisakan separuh pohonnya. Berharap kelak masih bisa bertumbuh.
Prak!
Patahan ketiga, pohon jambu cingcalo madu dibabat hingga habis  karena tumbuh di tengah halaman.
Tak bisa ditahan, air mataku menetes. Hilang sudah pelipur rinduku pada  abah.