Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon Jambu yang Ditanam Abah

1 Agustus 2024   16:50 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:58 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bicara apa kamu? Bukan pernikahanmu yang bikin aku sedih. Tapi ..., karena pohon jambu Abah, akan ditebang." ucapku sendu. Keresahanku semakin menjadi.

"Maafkan aku, Mbak!"

"Bukan salahmu. Ayo kita makam!" Aku segera beranjak ke luar kamar untuk mempersiapkan makan malam keluarga.

Pagi hari, para lelaki tetangga kiri-kanan sudah ramai berkumpul, untuk menebang dua pohon jambu di halaman.

Prak!

Dahan jambu batu yang patah, seolah ikut mematahkan hatiku. Oh kenangan terakhir abahku.

Prak!

Patahan kedua, menumbangkan pohon jambu batu yang tumbuh tinggi, menyisakan separuh pohonnya. Berharap kelak masih bisa bertumbuh.

Prak!

Patahan ketiga, pohon jambu cingcalo madu dibabat hingga habis  karena tumbuh di tengah halaman.

Tak bisa ditahan, air mataku menetes. Hilang sudah pelipur rinduku pada  abah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun