"Bunda ngelamun apa sih?"
"Eh enggak, Bunda udah ngantuk makanya ga ngeh sama hape." Aku beralasan.
"Udah sana bobo, udah jam dua belas ini." Kulirik jam dinding yang menunaikan waktu dini hari. Dan aku memilih untuk mengabaikan pesan-pesan dan panggilan  Raja di whatsapp, aku memilih tidur.
[Maharaniku. Aku minta maaf atas dosa-dosaku dulu, kini aku telah menduda dan aku tahu kamu pun telah janda. Allah menghendaki kita bersama.]
[Tolong kirimkan alamatmu aku akan datang melamarmu.]
Pagi hari setelah urusan rumah selesai, kubaca chat Raja yang kuabaikan semalam.
"Ish ..., udah tuir, masih aja gombal. Buaya darat kau." rutukku bicara sendiri.
"Kenapa Bun, pagi-pagi udah misuh-misuh?" Dara putri tengahku bertanya.
"Ini ada orang iseng salah alamat kirim whatsapp," jawabku asal.
"Cie cie Bunda ..., digodain cowok nih." Ketiga putriku nimrung.
"Apaan sih kalian, sudah sana sarapan dan segera berangkat."
"Bun. Kami udah baca chat yang dari Om Raja itu loh. Pacar bunda waktu KKN. Cie .... Bunda ...!"