Aam semakin tumbuh dan berkembang, mulailah ia bersekolah. Awalnya keluarga, kerabat dan para tetangga menyarankan agar Aam masuk YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) saja. Namun terjadi tarik ulur dan akhirnya ia bersekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa).
Selama bersekolah di SLB kelas III atau IV Aam mulai menunjukkan potensinya. Ia sering mengikuti lomba-lomba bukan hanya lomba melukis tapi juga kemampuan lain dan sering menang.
Ada seorang lagi teman Aam di SDN Kebomas yang juga difabel. Namun teman kecil Aam ini hanya bertahan 2 hari saja bersekolah. Selanjutnya dia berhenti dan mengurung diri saja di rumah.Â
Dia minder dan tak pandai membuka diri seperti Aam hingga di usia dewasa ini. Setiap ada tamu atau saudara yang ingin berkunjung ke rumahnya, teman difabel Aam ini memilih masuk dan menutup rapat-rapat pintu kamarnya.
Lulus dari SDN Kebomas, Aam melanjutkan ke SMPN 4 Gresik. Saat menapaki pendidikan di SMP ini, Aam ditunjuk mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba membuat komik dimana hanya ia saja satu-satunya peserta yang difabel meski begitu akhirnya menang juga dan menduduki peringkat ke-3.
Prestasinya tak berhenti sampai di situ. Pernah pada acara lelang lukisan di Surabaya yang dimotori oleh Dorce Gamalama dimana kala itu menghadirkan Jenderal Purn. Polisi Soetanto dan Anton Bahrul Alam, 3 karya seni lukis Aam dari crayon laku terjual.
Selama 3 tahun menempuh pendidikan di SMPN 4, mulai tahun 2006 sampai 2009. Kemudian melanjutkan ke SMA Semen (Gresik), mulai tahun 2009 sampai 2012. Lulus dari SMA Semen tak lantas kuliah, Aam sempat vakum selama empat tahun. Selama empat tahun itulah ia menempa kemampuan melukisnya.
Bertemu Guru LukisÂ