Pertama, Duterte paham betul bahwa posisi Tiongkok saat ini terpojok di mata dunia dalam sengketa Laut Cina Selatan. Selain itu negara-negara ASEAN juga akan berjibaku bersimpati membantu Filipina jika terjadi perang melawan Tiongkok, apalagi kalau perang itu terjadi karena dipicu oleh sengketa Laut Cina Selatan itu.
Ini bisa terlihat dari jalinan hubungan kerja sama yang begitu erat yang dijalin Duterte dengan para pemimpin negara-negara ASEAN lainnya untuk menggalang kekuatan, termasuk kunjungan silaturahminya ke Indonesia pada tanggal 9 September 2016 untuk bertemu dengan Presiden Jokowi.
Campur tangan Amerika Serikat bukanlah hal yang mustahil karena selain mereka punya kepentingan di kawasan Laut Cina Selatan di mana setiap harinya kapal-kapal besar milik Amerika Serikat yang hilir mudik melintasi kawasan Laut Cina Selatan, pun juga Tiongkok adalah musuh dalam selimutnya Amerika Serikat karena dianggap sebagai ancaman besar bagi kepentingan Amerika di kawasan Asia.
Kita lihat saja perkembangan ke depannya soal sengketa Laut Cina Selatan antara Filipina dan Tiongkok itu bagaimana nantinya. Apakah Duterte hanya sekadar gertak sambal belaka, atau memang ia punya nyali baja untuk menghajar Tiongkok sampai bertekuk lutut di hadapannya.
Wallahualam.
Referensi Bacaan:
Duterte on China: It's talk or fight - Philippine Star
I'll eat you alive, Philippine president tells militants - Daily Nation
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H