Mataku tak terasa sudah basah. Keringat dingin mengucur membasahi baju yang kupakai, aku tidak peduli. Tak henti-hentinya aku menangis. Orang yang sedang kutunggu kabarnya, membalas dengan undangan, benar-benar kejam.Â
Ternyata apa yang aku takutkan terjadi. Dia tak memutuskan apapun kepadaku, tqpi undangan yang berbicara. Aku begitu sakit, Â tubuhku pun seolah-olah merasakan hal yang sama, begitu lemas. Air mataku hampir habis, menangisi orang yang aku harapkan akan mendampingi sepanjang hidupku, ternyata berpaling kepada yang lain. Aku terlampau jauh terbang, jatuhnya pun sakit sekali. Aku bermimpi terlalu tinggi, yang tak mampu kuraih.Â
Lamat-lamat kudengar suara Desy Ratnasari menyanyikan lagu "Tenda Biru"
"Tanpa undangan diriku kau tinggalkan, Tanpa berdosa diriku kau buat ku kecewa..."
Semakin lengkap penderitaanku hari ini.Â
####
Paman memanggilku lagi hari ini agar aku datang ke rumahnya. Aku sudah menerka apa yang paman ingin tanyakan. Aku gelisah, apa yang harus aku katakan pada paman nanti.Â
Setelah beberapa menit, Â kuputuskan segera ke rumah paman dan kulihat Beliau sedang menungguku di beranda. Melihat aku datang, Â paman langsung berdiri dan mengajakku masuk.Â
"Bagaimana, Â Ndin? " paman melihat wajahku yang sendu. Tanpa sadar, air mataku kembali mengalir deras. Paman mengelus kepalaku.Â
"Sudahlah, Â Ndin, Mamang tahu apa yang kamu rasakan. Â Jangan sedih. Nanti siuatu saat akan datang jodoh yang tepat untukmu. "aku kaget, kenapa paman sepertinya tahu apa yang aku alami, padahal sedikitpun aku tak berbicara.Â
"Kata Mamang, Â hasil istikhorohnya bagus?"tanyaku berharap jawaban yang pasti, disela-sela tangisanku.Â