Mohon tunggu...
MAVASYA CHANNEL
MAVASYA CHANNEL Mohon Tunggu... Guru - Mavasya

Seorang pendidik sekaligus ibu rumah tangga yang sedang belajar dan berlatih menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh dan Istikhoroh

29 September 2020   00:07 Diperbarui: 29 September 2020   00:12 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun komunikasi kami agak kaku,  tapi entah mengapa hatiku rasanya sudah mantap. Belum pernah aku merasa semantap ini dalam menjalin hubungan dengan seseorang. Aku merasa ingin cepat-cepat disegerakan ke jenjang yang lebih serius. Aku sangat yakin akan hal itu. 

####

Paman memintaku datang ke rumahnya, akan menyampaikan hasil istikhorohnya hari ini. Aku begitu tergesa-gesa dan penasaran dengan hasilnya. Setelah selesai bekerja,  aku sempatkan mampir ke rumah paman. Kulihat paman sudah menungguku di beranda rumahnya. Melihat aku datang,  paman langsung mengajak masuk ke ruang tamu. 

"Ndin, paman semalam mendapatkan gambaran yang bagus.  Kamu benar-bemar cocok jika bersatu dengannya. " Kata pamanku sambil tersenyum. Aku juga tersenyum. Akhirnya hasil yang ku tunggu sesuai yang kuharapkan. Merasa bahagia dalam hati, sedikit melayang. 

"Kalau bisa dipercepat saja, Ndin.  minta dia segera melamar kamu. "lanjut paman lagi. Aku hanya mengangguk. Setelah berbicara sebentar,  aku langsung pamit pulang.  Jujur aku merasa lega dan harapanku semakin besar padanya. 

####

Hari ini Mas Adli tidak menghubungi aku. Bahkan sudah hampir seminggu ini tidak memberikan kabar apapun. Kalimat ritual yang menghiasi chatingan kami juga tidak ada.  Aku gelisah. Di saat hatiku sudah mantap,  mengapa sepertinya Mas Adli justru malah menjauhiku. Aku merasa ada yang aneh. 

Dengan perasaan malu,  aku mencoba mulai menyapa duluan,  padahal itu hal tabu bagiku, tapi aku menepis rasa malu ku, berharap dapat menyambung kembali hubungan kami yang mulai merenggang. 

"Mas,  apa kabar? " pesanku terkirim. Satu menit,  dua menit, satu jam, dua jam. Tak ada balasan. Aku lihat layar hape ku,  tidak ada notifikasi masuk.  Aku semakin gelisah, kenapa dia tidak membalas pesanku? Prasangka buruk mulai bermunculan dalam fikiranku, jangan-jangan dia sudah mendapatkan incaran baru? segera kutepis prasangkaku, aku berhusnudzon saja barangkali dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga belum sempat membalas pesanku.  Sampai malam tiba pertanyaanku pun dibiarkan tak terbalas, meskipun tanda contreng biru itu terlihat.

Keesokan harinya,  aku masih penasaran dengan kabar Mas Adli,  akhirnya kuputuskan mengirim pesan lagi. 

"Mas,  udah bangun belum? " setelah pesan terkirim,  aku terus menghitung jam sambil sesekali melihat layar hape, berharap ada jawaban masuk. Hingga sore hari pun tiba,  pesanku juga menggantung, tak terbalas. Fix,  aku merasa ini sepertinya ada yang aneh,  kenapa Mas Adli menjadi begini.  Aku merasa tak sabar dan  ingin segera menyelesaikan ketidakmenentuan ini. Akhirnya aku telepon dia,  berharap akan ada jawaban mengapa dia tak pernah membalas pesan-pesanku selama ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun