Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Ksatria

27 November 2023   11:23 Diperbarui: 27 November 2023   12:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Ssst... kamu dengar Rambe? Tak jauh dari sini, aku mendengar rintihan..."

            Sekonyong-konyong Sulis berseru. Namun kali ini, suaranya tercekat. Ia membekap mulutnya sambil melirik ke arah Rambe. Sontak ia mematung, dengan daun telinga yang berdiri tegak. Sekuat tenaga Sulis berusaha memicingkan dengar. Senyap. Jalan yang membentang dari ujung gapura menuju pendapa Kademangan Kulon, nampak gersang tak berpenghuni. Tak ada siapa-siapa, selain semilir angin yang menari, menyisakan suara ramai di dedaunan. Selebihnya, Sulis hanya mendengar suara degup jantungnya yang hiruk pikuk.

            Melihat Sulis yang nampak cemas, Rambe semakin waspada. Kedua kakinya yang telanjang, spontan memasang kuda-kuda. Sementara tangannya, sigap mencengkram bilah tombak yang tersampir di belakang punggung.

            "Ssshhhhhh..."

            Sayup-sayup kembali terdengar rintihan dari arah yang tak begitu jauh dari tempat mereka berdiri. Kali ini Rambe pun mendengar.

            "Kamu dengar kan?" tanya Sulis.

            Rambe mengangguk. Tanpa suara, ia berjalan ke arah semak yang tak jauh dari sisi gapura sebelah kanan.  

            "Sssshhhhhh..."

            Suara rintihan itu semakin jelas terdengar. Sesaat, Rambe menghentikan langkahnya. Pandangnya beredar, menjelajah belukar kering yang ada di hadapannya.

            "Siapa itu?" tanya Rambe berteriak. Sepi. Tak terdengar lagi suara. Namun tak lama...

            "Arrrgghhh...!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun