Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Sederhana Alma

24 November 2023   11:08 Diperbarui: 24 November 2023   20:31 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Sekolahlah yang tinggi. Jadilah 'orang'!" pelan ibu berkata lagi. Tangan uzurnya mengelus pipi Alma yang sudah bersimbah air mata. Di sudut rumah, sepeda motor butut bapak terparkir membisu dan penuh debu.

***

            Satu tahun berlalu, selepas bapak meninggal. Susah payah, ibu kembali menata hidupnya tanpa campur tangan bapak. Selama beberapa bulan, terkadang ibu kedapatan melamun di depan mesin jahitnya. Pikirannya berpetualang entah kemana. Tentu saja Alma sedih. Lalu kembali dia mengusulkan untuk berhenti sekolah kepada ibu. Lagi-lagi ibu menolaknya. "Jadilah orang!" begitu selalu nasihatnya.

            Hidup mau tidak mau harus terus berjalan. Meski berat, Alma mencoba membantu meringankan beban ibu. Selepas bangun tidur, Alma tak lagi sengaja menunggu ibu masuk ke dalam kamarnya. Dia lipat selimut, membereskan ranjang dan tak lupa membiarkan angin lereng gunung Cikuray menerobos melalu kaca nako jendela kamarnya. Sejujurnya Alma rindu ibu yang dulu. Yang selalu berurut berkata-kata tanpa jeda. Selepas bapak meninggal, ibu lebih banyak diam. Hari-harinya terlarut bersama tumpukan kain yang harus dia jahit.

            Akhirnya Alma memilih sekolah di SMK. Kata Bu Masriah -- salah satu gurunya di SMP, lebih baik dia bersekolah di sekolah kejuruan.

            "Kamu bisa mengambil jurusan tata busana," begitu katanya suatu hari. Alma tak membantah. Dia pun terpikirkan untuk bersekolah di sana. Beruntung, dia bisa diterima di SMK negeri, hingga ibu tak perlu cemas memikirkan biaya. Dia juga mengambil jurusan tata busana, seperti saran Bu Masriah.

            Alma sendiri tak yakin dengan cita-citanya. Rasanya dia tak pernah memikirkan itu. Dia hanya berpikir dengan belajar tata busana, suatu saat dia bisa membantu ibu menerima jahitan di rumah. Sesederhana itu. Dia tak pernah muluk merangkai mimpi yang tinggi.

***

            Acara puncak pagelaran busana pada event Lineapelle Leather Fair -- pameran industri kulit tahunan, yang diselenggarakan Fieramilano Rho, Milan, kali ini sungguh meriah. Berbagai produk unggulan berbahan kulit di seluruh dunia, ditampilkan dalam both-both pameran selama seminggu lamanya. Dan malam ini, perwakilan peserta yang bergerak di bidang leather fashion -- khususnya outfit berbahan kulit, menampilkan rancangannya. Outfit indah dan unik berbahan kulit, ditampilkan oleh barisan model yang melanggak-lenggok di atas catwalk.

             "Please welcome...Miss Alma Tiandri!"

            Pembawa acara menyebutkan namanya, selepas model-model itu meninggalkan runway. Alma terperanjat. Selalu seperti itu. Dia selalu saja terkejut dan kikuk saat namanya di panggil. Padahal pagelaran kali ini bukan untuk yang pertama kali dia ikuti. Tak lama tepuk tangan riuh, pecah saat Alma berjalan pelan dari backstage menuju ke atas panggung. Iringan musik semakin meriah saat para model mengekor langkah Alma di belakang. Seorang perempuan cantik berumur sekitar 40-an, naik ke atas panggung membawa buket bunga besar. Menyerahkannya kepada Alma, menyalaminya serta mengucapkan selamat dengan ramah. Tak terasa ujung mata Alma basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun