Sekali lagi Alma membaca tulisan di layar handphone-nya. Sejenak dia tersenyum. "Klik!" tak lama dia pun menekan tombol enter.
      Ucapan adalah doa. Dan tulisan tadi adalah perwakilan dari doanya. Begitu kira-kira pikiran yang terbersit saat itu.
      "Almaaa...ini tolong antar baju pesanan Bu Suci. Baru saja dia telpon minta dikirim bajunya segera!" Ibu berseru dari ruang tamu. Alma mematikan handphone-nya. Menyeret kakinya, menemui ibu.
      "Langsung mintain uangnya ya. Bilang saja, ibu butuh uangnya buat berobat bapak." Pesan ibu, sebelum Alma beranjak pergi. Alma mengangguk.
      Sudah dua hari bapak tidak ke pabrik. Batuknya kambuh lagi. Kemungkinan karena pergantian cuaca, begitu kata ibu. Belum lagi, setiap hari bapak harus berhubungan dengan kromium -- salah satu zat kima yang sering digunakan untuk menyamak kulit. Separuh hidup bapak, dihabiskan di pabrik penyamakan kulit domba. Bapak bekerja di pabrik milik Haji Aceng sejak dari muda. Jadi bukan hal aneh kalau saat ini bapak kerap mengeluh sakit. Terlebih usia bapak tak muda lagi. Sudah 68 tahun. Dua tahun lagi, genap 70 tahun. Seharusnya bapak sudah beristirahat.
      "Selepas SMP aku akan bekerja membantu ibu," bisik hati Alma bertekad.
      Dan tekadnya semakin bulat, karena tak lama bapak meninggal. Di usia yang dua tahun lagi akan genap 70 tahun. Sepeninggalnya bapak, tiba-tiba Alma merasa separuh pondasi hidupnya hancur berkeping. Bagaimana nasibnya kemudian. Bagaimana dengan ibu. Tak mungkin dia meminta kedua kakaknya untuk menanggung beban hidupnya.
      "Aku akan berhenti sekolah saja ya, Bu."
      Alma menatap ibunya yang masih kuyu. Baru seminggu bapak pergi. Kakak tertuanya sudah pulang bersama keluarganya. Kakak keduanya hanya sempat menyampaikan duka dan kesedihan melalui video call, bersamaan dengan jasad bapak yang akan dimasukan ke liang lahat. Selepas itu, hanya ada Alma dan ibu.
      "Lanjutkan saja sekolahnya, Nak." Ibu berkata pelan. Nada suaranya terdengar bergetar. Kesedihan masih jelas tergambar di wajah ibu yang semakin renta.
      "Tapi, Alma gak mau membebani ibu,"