Selama aku menjalani pengobatan di rumah sakit, ibu tak pernah meninggalkanku. Sesekali di sela-sela tidurku, aku terbangun dan mendapati ibu tengah terpekur dalam sujudnya. Bahkan terkadang, selintas antara sadar dan tidak, aku kerap mendengar ibu terisak diantara doa-doanya.
Hingga akhirnya aku bisa kembali menjejakan langkah menyambut dunia, peristiwa penembakan di pagi hari itu, tak sedikitpun membuat aku gentar.Â
Semangatku dalam menyuarakan perjuangan akan hak-hak perempuan dan orang miskin untuk mendapatkan pendidikan yang layak, terasa semakin berlipat ganda.
Dengan doa yang selalu ibu lantunkan dan dukungan yang tak pernah lelah diberikan oleh ayah, aku semakin kuat berdiri menyuarakan kebenaran tanpa mengenal rasa takut.Â
Aku tahu, tanpa doa dan dukungan dari mereka, Tuhan tak akan memberikan kesempatan kedua kepadaku dalam melanjutkan perjuangan.
"Aku Malala, aku berdiri di sini untuk anak-anak yang tak berani bersuara namun menginginkan perubahan dan perdamaian" ~ Malala Yousafzai.
******
*) Cerita ini terinspirasi akan perjuangan Malala Yousafzai, seorang peraih nobel termuda asal Pakistan.
(cerpen ini pernah diikut sertakan dalam lomba cerpen tema islami FKDK Unsika Nasional th. 2023 dan terpilih menjadi 30 cerpen terbaik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H