Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meranti dan Kenari

2 Mei 2023   14:51 Diperbarui: 2 Mei 2023   15:13 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya, benar!"

"Duuh, apa yang ada dalam pikiran manusia sampai mereka bisa berbuat sejahat itu?"

"Mereka membawa petaka bagi mahluk-mahluk seperti kita!"

"Dunia sekarang sudah tak lagi sama!"

Suara rangkong-rongkong itu semakin bercericit saling menimpal penuh marah. Aku yang menguping dari tadi, ikut tersulut emosi. Kabar ini bukan sekali dua kali aku dengar. Pernah beberapa waktu lalu, sekawanan musang akar yang tengah beristirahat tak jauh dari tempatku, juga mengeluhkan hal yang sama.

Kata mereka, hutan di hulu sekarang sudah gundul. Banyak pohon-pohon yang ditebang dan dibakar. Mulanya aku tak mengerti maksud mereka. Namun saat aku mendongak, dari jauh pucuk gunung Balayang terlihat semakin kering kecoklatan. Aku berusaha memicingkan pandang di antara rimbunan daun dan gumpalan awan. Benar, semua sudah tak lagi sama! Tak seperti ratusan tahun yang lalu, saat pertama kali aku berdiri di tempat ini.

******

Sepertinya aku lupa, sejak kapan aku berada di sini. Tapi aku menyukai tempat baruku. Suasananya hangat. Kata ibu, tanah di sekitarku sangat subur. Terlihat dari banyaknya tanaman perdu dan pakis yang menjalar saling berebut dengan semak yang rimbun. Anggrek hutan dengan kelopak bunganya yang kecil-kecil sesekali terlihat menyembul di balik belukar. Batang-batang rotan melilit pada pokok pohon. Duri tajamnya tanpa sungkan menempel dengan santai di permukaan dahan.  Saat hujan turun, aroma mawar hutan, menyeruak bersama harumnya akar-akar rumput.

"Aaah....!"

Aku menghela nafas panjang. Membiarkan udara menyesaki dada. Tangan-tanganku, sengaja aku biarkan terentang. Segar sekali rasanya!

"Heii... kamu baru ya tinggal di sini?" tiba-tiba ada suara lirih bertanya ke arahku. Aku melirik ke arah sumber suara. Tak jauh dari tempatku berdiri, sebatang pohon kenari menatapku dengan ramah. Tingginya tak lebih dari sepantaranku. Hanya saja daunnya yang berwarna hijau muda, nampak rimbun tersusun pada ranting yang menjulur di ujung batangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun