Yeah, selanjutnya, acara book signing ini bukan hanya milikmu. Setelah kamu memperkenalkan aku sebagai istri yang sudah tujuh tahun kamu nikahi, beberapa orang bertanya banyak hal tentang travel blogger. Beruntung, manajer toko buku ini adalah sahabat karibmu, jadi tak masalah ketika durasi acara yang harusnya dua jam malah bertambah lima puluh persen.
***
Kamu mengajakku meniti setapak di taman kota. Ini baru pukul tujuh malam dan kamu bilang kamu rindu suasana taman. Acara book signing tadi baru rangkaian pertama dari tur buku yang diselenggarakan penerbit tempatmu bernaung. Lusa, kamu harus berada di Surabaya untuk acara serupa. Berturut-turut setelahnya, kamu harus ke Malang, Denpasar, Medan, dan Palembang. Sayangnya, aku tidak bisa ikut karena usia kehamilan yang memasuki trimester ketiga.
“Hun?”
“Ya?” Kamu meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat.
“Seharusnya tadi kamu juga nunjukin KTP ke pengunjung, biar mereka tambah kaget.”
Kamu tertawa. “Kamu juga, Hun. Kenapa tadi nggak kepikiran, ya?”
“Lagian kamu juga, sih, ngapain coba nggak milih nama lain? Kayak nggak ada nama bagus lainnya.”
“Tapi, Asmorojati, kan, memang nama asliku.”
“Itu, kan, nama keluargamu,” potongku. “Nama depanmu sendiri, kan, lumayan menjual, Nugie Asmorojati. Kenapa nggak pake itu aja?” Kupencet hidungmu sampai meninggalkan jejak semu merah di sana.
“Kamu juga sama, Hun,” sergahmu. “Kenapa milih nama Nawang Wulan dan bukannya pake namamu sendiri, Rheinara Yuki?”