“Begini, Mbak Linda, saya berita tahu Anda. Grisham, di buku The Appeal, menyuguhkan ending yang tidak biasa. Di sana diceritakan sepasang suami istri dengan profesi pengacara mencoba menuntut sebuah perusahaan besar yang membuang limbah kimianya sembarangan hingga membuat penduduk suatu desa menderita berbagai macam penyakit mematikan. Kalau memang Grisham menuruti selera pasar, harusnya kebaikan menang melawan kejahatan. Harusnya suami istri itu yang menang, kan?”
Pertanyaan retorismu ditanggapi dengan anggukan beberapa kepala yang hadir pada acara ini.
“Tapi, Grisham tidak melakukannya. Grisham malah memenangkan si bos pemilik perusahaan besar tersebut.” Kamu memberi jeda pada penjelasanmu, kemudian kamu menyesap sedikit kopi yang terhidang di meja. “Kenapa Grisham melakukan hal itu — memberi ending tidak biasa pada karyanya? Karena, di kehidupan nyata, nggak selamanya yang baik itu menang. Ada kuasa besar yang biasanya menyebabkan hal itu terjadi.”
Oh, tidak! Sepertinya pertanyaan Linda memancingmu untuk menggila. Ayolah, tunjuk orang lain saja dan jangan teruskan orasimu.
“Yap, pertanyaan lain,” tukas si pembawa acara. “Adik yang pake jas kuning, silakan dengan pertanyaannya.”
Syukurlah.
Seorang pemuda berdiri dan merapikan letak jas di tubuhnya.
“Mas Randu…”
“Ehm, cukup panggil Ran saja, Dik,” potongmu.
“Oh, oke, Mas Ran. Saya Sutomo, mahasiswa Fakultas Sastra UI.”
Ah, ya, Dik, jasmu sudah meneriakkan itu dari tadi.