#Bertahan atau melepas
Hari ini tanggal merah. Sudah pasti sekolah libur. Dan aku malas sekali untuk pulang. Jika hanya melihat pertengkaran dan pertengkaran lagi. Dan aku memilih untuk bersama Chika, menghabiskan waktu bermain bercengkrama dan tertawa. Tiba tiba ponselku berbunyi dan itu telpon dari Bastian.
"Raa ketemu yu. Mama aku ngundang kamu kerumah niih"
"Ouh ya.. ada acara apa Bas?"
"Ngga ada acar sih. Mama aku pengen aja ketemu kamu. Gimana bisa ga Ra?"
"Oke Bas aku kerumah kamu"
"Aku jemput kamu ya Ra"
"Boleh..kamu jemput aku dirumah Chka ya Bas". Yaa Bastian sudah tau rumah chika karena aku pernah diantar oleh Bastian kerumah Chika.
"Oke Raa kamu siap-siap sanaa yang cantik huahahah"
"Siap Tuan" aku langsung menutup teleponnya dan langsung pergi mandi untuk siap-siap.
"Mau kemana Ra?" Tanya Chika.
"Ouh iya Chik hari ini kita ga jadi ke konser ya..soalnya ibu nya Bastian nyuruh aku ke rumah nya.. Gapapa kan chik?
"Cie ciee udah dikasih lampu ijoo niih..wuahaha gapapa Raa nanti tiketnya dikasih ke kakak aku aja.. have fun sayangkuuuu" ucap Chika sambil memelukku.
Aku pergi bersama Bastian ke rumah nya. Di perjalanan Bastian tuba tiba menanyakan sesuatu.
"Raa kamu baik baik aja kan?" Tanya Bastian
"Kenapa gitu Bas?"
"Kemarin malem kamu keliatan sedih."
"Ouhh gapapa ko Bas. Aku baik baik aja". Ya aku memang sedang berbohong. Aku tidak ingin Bastian tau masalah keluargaku. Aku tidak mau menceritakan kesedihan ini kepada Bastian. Aku ga mau dia khawatir.
Tibalah dirumah Bastian dan kulihat seseorang yang tak pernah aku bayangkan. Seseorang yang tak seharusnya ada disini. Aku berjalan menghampiri nya yang sedang bercengkrama dengan ibu nya Bastian. Mereka terlihat bahagia tertawa bersama.
"Ehh cantikk udah datang akhirnya..sini sayang duduk sini."sambut ibu nya Bastian kepadaku.
Aku menatap dalam dalam seorang pria tinggi besar yang bersama ibu nya Bastian.
"Papah..." aku begitu bibgung dengan situasi ini. Ada apa ini. Kenapa papah ada disini. Apakah ibu nya Bastian adalah temannya Papah?
"Claraa" jawab ayah ku dengan cemas.
"Lohh mas..sama Clara...?" Ucap ibu Bastian dengan bingung. Bastian hanya diam menyaksikan ini dengan bingung. Kita semua merasa bingung. Situasi apa ini.
"Oke sayang, kenalin ini calon Mama baru kamu" ucap ayahku dengan tegas tanpa ragu.
Aku terkejut mendengar nya. Mata ku mulai berkaca-kaca mendengar pernyataan ayahku. Apa ini. Kenapa begini. Aku benar- benar ta sanggup menerima kenyataan ini dan tanpa sadar aku meneteskan air mata ku dan pergi meninggalkan mereka dengan penuh kebingungan.
"Raa mau kemana?" Tanya Bastian sambil menahan tanganku agar tak pergi.
"Lepasin Bas. Jangan ikutin aku" melepas tangan Bastian yang menahanku. Aku pergi meninggalkan mereka. Aku tak tau harus kemana dan apa yang harus aku lakukan. Yang terlintas dipikiranku adalah pergi meninggalkan mereka. Aku benar-benar tak menyangka dengan ini. Pikiranku kacau. Aku memutuskan untuk pulang kerumah dan berharap Papah menjelaskan ini dirumah. Aku tidak siap mendengar ini. Aku tidak siap dengan semua ini. Setelah mendengar kata cerai yang dilontarkan bu ku, kini sekarang Ibu nya Bastian akan menjadi ibu tiri aku? Ouh ini sungguh tak masuk akal. Berulang kali telponku berbunyi. Ya itu Bastian dia berkali-kali menelponku tapi aku tidak siap menjawab telpon darinya. Aku masih tidak percaya dengan kejadian ini. Aku hanya ingin diam sendirian disudut kamarku. Aku harus bagaimana. Siapa yang harus aku telpon. Kepada siapa aku harus bercerita. Siapa yang bisa menjelaskan ini semua. Ouh pikiranku begitu kacau. Aku tak bisa menelpon kakak ku, dia pasti emosi mendengar ini. Aku tak bisa menelpon ibu ku. Dia pasti begitu sedih. Adikku? Dia masih kecil. Ya ayahku. Aku harus menunggu dia menjelaskan ini semua. Tak lama ayahku datang dan menghampiriku di dalam kamar. Aku masih menangis.
"Clara..papah bisa jelasin "
"Ya silahkan Pah..aku nunggu papah jelasin ini semua" mataku masih berkaca-kaca.
"Dia temen Papah."
"Teruus maksud papah dia bakalan jadi ibu tri aku apa pah..Papah kan belum cerai sama mamah..gimana perasaan mamah kalau tau ini pah. Gimana perasaan kakak kalau dia tau ini. Ade juga gimana..gimana papah mau jelasin ke mereka pah?" Aku tak tahan menahan tangis.
"Mamah kamu udah tau. Mamah kamu juga kan yang mau cerai sama papah. Papah cuma ngikutin kemauan mamah kamu"
"Mamah tau? Hubungan mama sama papah ga bisa diperbaiki lagi? Apa kalian ga bisa baikan lagi? Masih belum terlambat pah"
"Ini udah kesepakatan kita sayang" jawab ayahku sambil mengelus kepalaku dan dengan spintak aku menepisnya.
"Teruus kenapa harus dia pah..dia Ibu nya Bastian. Dia temen aku pah" aku langsung pergi meninggalkan ayahku.. karena aku sudah tidak sanggup mendengar penjelasannya lagi. Aku mendatangi retoran ibuku. Aku tak bisa berpikir apapun. Yang trlintas dibenak ku adalah pergi kepada ibuku.
"Clara sayang..ada apa?" Sambut ibu ku sambil memelukku
"Mahh ...apa mamah sama papah ga bisa baikan lagi? Kalian beneran mau pisah? Mah aku udah tau semuanya..mahh apa aku bener bakalan punya ibu tiri? Mahh aku gamauu" aku memeluk ibuku sambil menangis. Ibu ku tidak menjawabku dia hanya bisa mengelus kepalaku agar aku merada tenang. Matanya juga berkaca-kaca. Aku tahu dia juga sedih. Aku merasakan juga kehancuran hati nya.
"Mahh kenapa harus wanita itu. Mahh dia ibu nya Bastian mah"
"Bastian?!" Ibu ku terkejut mendengarnya. Ya ibu ku sudah tau Bastian adalah pacarku.
Keesokan harinya aku bertemu Bastian disekolah. Hatiku benar-benar hancur. Apa yang harus aku lakukan.
"Raaa.." sapa bastian kepadaku dan aku tak menjawabnya. Aku memilih untuk pergi mengabaikannya. Aku masih tidak tahu harus apa. Pikiranku masih kacau. Bel pulang berbunyi. Dan ku lihat Bastian di depan gerbang sedang menunggu ku.
"Raaa ayo pulang" ucap bastian menghentikanku. Dan aku memilih untuk pergi bersama Bastian . Diatas motor ini aku hanya terdiam bahkan Bastian pun diam. Lalu aku menyuruh Bastian berhenti. Disebuah Kafe di pinggir jalan yaa dan itu adalah Kafe milik ibuku. Kita masih saling diam seribu bahasa, sampai akhirnya aku memjtuskan membuka suara lebih dulu.
"Bas kita Putus aja" ucapku dengan gugus menahan agar tak ada air mata menetes. Dan aku menundukkan kepalaku. Aku tak sanggup menatap Bastian.
"Raaa.." belum sempat bastian melanjutkan aku memotong pembicaraannya.
"Kamu pasti udah tau kan Bas. Mama kamu pasti udah cerita kan Bas."
"Tapi mama aku bilang dia ga akan nikah sama papah kamu ko Raa"
"Bukan itu Bas masalahnya. Setelah ini emang pantes kita masih pacaran Bas?" Kini aku tak tahan menahan tangis. Air mataku tumbah tak bisa terbendung lagi.
"Tapi aku ga bisa kehilangan kamu Raa" ucap Bastian sambil memegang tanganku. Aku tak tabu apakan ini keputusan yang benar . Aku tak tahu apakah aku harus bertahan atau melepaskan. Hati ku masih ingin bersama Bastian. Tapi disisi lain ada sesuatu yang membuat kita harus berhenti.
"Kita masih bisa jadi temen baik ko Bas." Ucapku berusaha untuk tegar meyakinkan Bastian.
"Aku sayang banget sama kamu Raa.. aku ga nyangka ini jadi tempat putus kita. "Ucap Bastian putus asa.
"Aku minta maaf Bas." Aku beranjak dari duduk ku dan pergi meninggalkan Bastian.
Part 7
#Sebuah Akhir
  Tiba akhirnya ayah dan ibu ku menjalani sidang perceraian. Aku tak menyangka ini terjadi. Sebuah kelurga yang selalu aku banggakan kini hancur. Aku merasa hancur. Tali aku harus tetap kuat agar aku bisa menjalani kehidupan ini. Aku memilih tinggal bersama ibuku. Ayahku dipindah tugaskan ke Papua. Ia ditugaskan di Papua untuk 2 tahun lamanya. Beberapa minggu telah berlalu tanpa ada ayahku dirumah. Tanpa ada Bastian lagi yang selalu menunggu ku di gerbang untuk kita bisa pulang bersama. Setiap hari kita bertemu disekolah. Dia dengan kesibukannya dan aku dengan kesibukan ku. Kita hanya berpapasan dan saling tersenyum tipis.
Tibalah hari perpisahan sekolah. Hari ini benar benar sebuah akhir perpisahan untukku dan juga Bastian. Bastian akan melanjutkan kuliah di Luar negeri pindah bersama Ibunya. Dan aku akan melanjutkan kuliahku disini.
"Raa.. aku minta maaf" ucap Bastian
"Minta maaf buat apa Bas"
"Semuanya...aku minta maaf Raa ga pernah bisa jadi Pacar yang baik buat kamu. Aku masih sayang sama kamu Ra. Aku bakalan selalu sayang sama kamu Raa. Semoga kita bisa ketemu lagi Raa .. dan dalam keadaan yang baik. Situasi yang baik. "
Aku tak tahan mendengar ucapan Bastian. Aku hanya bisa diam menundukkan kepalaku. Dan aku pun menangis. Bastian menghapus air mataku. Dan aku berusaha menguatkan diriku.
"Aku juga minta maaf Bas."
Aku tak membenci siapapun. Aku tak menyalahkan siapapun atas kejadian semua ini. Aku menerima ini semua. Ini memang sudah menjadi jalan kehidupan ku. Aku menerima nya.
Hidup ini tak pernah berjalan sesuai keinginan kita. Sesuatu yang retak tak akan kembali utuh. Sekuat apapun menahan yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun menolak yang datang akan tetap.datang. kita hanya bisa menjalankan nya sesuai rencana Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H