Mohon tunggu...
Maulani dewikusumawati
Maulani dewikusumawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemula

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Surprise

1 Maret 2020   15:18 Diperbarui: 1 Maret 2020   15:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 1

#Aku

  Suatu pagi yang cerah , matahari terbit memberikan sinarnya yang paling ceria. Awan membentuk suatu keindahan yang menawan. Angin berembus melewati tubuhku. Aku duduk di teras rumah meminum seteguk teh hangat yang nikmat, sambil jari ku menari nari diatas laptop. Ya ini hari Minggu dan aku sedang mengerjakan sebuah tugas sekolah , yaitu membuat sebuah karya tulis yaitu novel.

Oh ya, namaku Clara Charlezza aku lahir di Bandung dan aku tinggal di Bandung bersama kedua orang tua ku, kakak perempuanku dan adik kecil ku yang imut. Ibuku seorang pengusaha, Ia membuka sebuah restoran dan kafe dan sekarang menjadi tempat terfavorit ,karena tempatnya yang nyaman dan menu makanan nya yang lezat.  Tempat nya tidak pernah sepi pengunjung, aku pun sering menghabiskan waktu di kafe ibu ku. Dan Ayah ku seorang pengabdi negara, ya ayahku adalah seorang tentara. Dia begitu gagah dengan tubuhnya yang kekar dan wajah nya juga tampan. Aku begitu menghormati ayahku. Dan kakak ku adalah seorang mahasiswi yang sedang mengerjakan skripsi nya yang membuat dia begitu rungsing. Dan adikku dia masih SD kelas 5 dan aku sering sekali bertengkar karena hal sepela, misal nya rebutan remote tv hahaha . Itulah keluarga ku kami begitu harmonis.

Oh aku jengkel sekali, ini hari minggu dan aku mengerjakan tugas sekolah ku. Aku ingin sekali bermain bersama teman-teman ku. Tapi aku harus menyelesaikan ini karena ini tugas akhir ku, Hufffft. Aku kembali menggerakkan jari ku di atas laptop. Dan telpon ku pun berdering, yaa itu dari sahabatku.

 "Pagii Chika, ada apa nih nelpon pagi-pagi, gue lagi ngerjain tugas niih ganggu aja deh lo". Aku tertawa

"Claraaaaaa..." dari jauh sana dia menangis .

"Heh kenapa lo?"

"Gue putus sama pacar gue Raaaa huaahuaaa"

"OMG Chikaa ini udh yang keberapa kali nya lo putus sama dia, teruus pasti lo balikan lagi sama dia." Aku bosan mendengar dia putus lalu balikan.

"Ngga Raa ini beneran putus, dia marah sama gue karna dia tau gue chatting sama cowo lain."

" Hah lo selingkuh??"

"Ihh ngga Raa gue ga ada perasaan ke cowo itu, tapi dia kalau chat sama gue selalu pake sayang, terus pacar gue liat. Padahal gue bales chat cowo itu dingin..Gimana dong Raa guee ga mau putus."

"Hmmm mungkin dia lagi kesel, lo mending jelasin ke dia ..ketemuan sana jelasin semua nya, jangan nangis-nangis kaya gini. Lo ga salah kan ya udh jelasin aja. Lagian ada bukti chat nya juga."

"Oh iya lo bener Ra , gue harus ketemu dia.. okay deh babay sayangkuu makasii udahh memberikan aku ide yabg cemerlang. Bye gue mau siap siap dulu". Telpon nya langsung dia tutup tanpa mendengar jawaban aku.

"Hmmm dasar kebiasaan ,orang belum jawab udah dia tutup".  Ya dia memang seperti itu selalu putus nyambung dengan pacar nya itu. Aku memang sudah bodan menasehati dia. Walaupun dia sedikit keras kepala karena begitu cinta kepada pacar nya itu. Tapi dia memang paling terbaik untuk menjadi sahabatku. Kita emang ga sekelas tapi kita selau menyempatkan bermain bersama di sela-sela tugas kita yang begitu menumpuk.

Ouuuh tidak terasa waktu sudah sore, seharian aku duduk di teras mengerjakan tugas ku. Aku begitu lelah. Tubuhku seakan kaku karena aku duduk terus. Huuuh lebih baik aku istirahat, meluruskan tubuhku di atas kasur yang empuk. Menempelkan pipi ku diatas bantal yang lembut. Menutup mataku perlahan dan membiarkan pikiranku tenang. Dan tak terasa aku sudah tertidur pulas.

Part 2

#Sekolah

Kring kring kring ..suara jam waker ku berbunyi menunjukkan pukul 06.00 dan hari ini adalah hari senin. Ya ampunn aku harus bangun dan bersiap pergi ke sekolah. Aku langsung berlari ke kamar mandi. Ouhh hari ini turun hujan cuaca begitu dingin seakan akan aku sedang berada dikutub es. Hari ni sedang tidak bersahabat. Untung nya rumahku dekat dengan sekolah. Jadi aku tidak terlambat pergi ke sekolah. Hari ini tidak ada upacara karena hujan turun dengan derasnya. Lapangan menjadi becek . Dan kami para siwa siswi begitu senang karena kita akan diam di dalam kelas. Ditambah para guru sedang mengadakan rapat untuk study tour kelas 11. Kami pun menjadi tambah senang karena tidak belajar.

Ouh aku tidak mengerti mengapa para murid senang ketika guru tidak masuk kelas. Padahal kan kita sekolah untuk belajar. Tapi aku pun merasa senang seperti mereka. Hujan masih deras dan salah satu teman kelas ku yang bernama Aldo dia membawa gitarnya  dan jarinya pun dengan lihai memainkan gitar itu sehingga mengeluarkan musik yang begitu indah. Kami semua bernyanyi dengan gembira. Ouh suasana kelas ku begitu meriah.

"Hello guys kita lagi nyanyi-nyanyii niiih". Tyaa dia adalah teman sebangku ku dia sedang ngevlog. Ya itulah hobby nya. Dan aku sering ngevlog dengan dia. Ya walaupun vidio kita ga serame para youtuber terkenal hahaha.

Aku melihat semua teman teman ku. Mereka begitu bahagia. Seketika aku sedih melihat ini. Suatu saat kita akan merindukan suasana seperti ini. Ya sebentar lagi kita akan lulus sekolah . Dan kita akan kehilangan moment kebersamaan ini. Lamunanku terhentu ketika salah satu teman ku mengagetkan ku.

"Woyy ngelamunin apa kamu?"

"Ehh Tyaa ngagetin aja ih. Ngga ngelamunin apa apa ko hehehe, yu ngevlog lagi aku ikutan."

"Kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuu........" semua teman kelas bernyanyii.

Tak terasa bel istirahat berbunyi. Aku dan geng ku langsung keluar. Ya kita akan pergi ke kantin sekolah untuk membeli makanan dan memasukkan nya kedalam perut kosong kita ini.

Ouh kantin ini begitu penuh dikerumuni banyak orang berebut membeli makanan. Mereka  begitu semangat seperti zombie yang melihat mangsa.

" yuu ah ke kantin satu lagi aja. Disini penuh bangeett" ucap Elva salah satu gengku.

"Aku traktir kalian guys"

"Wuahhh asikk niih..tumben kamu Raa traktir kita..jangan-jangan kamu baru jadian ya?" Kata zahra menggoda ku.

"Iihh apa sii..jadian sama siapa,ya udh gajadi aku traktir ya wuahahah" balasku

"Ehh jangan dong" ucap Yanti, Syifa,Salma dan Vira bersamaan.

Tiba di kantin  ada seorang laki-laki tubuhnya tinggi, kulit nya putih, rambutnya tak rapih tapi memberi kesan keren, baju nya ngetat menunjukkan otot lengan dan bahu nya, tak sengaja dia menumpahkan minuman nya ke baju salah satu siswa yang berpapasan dengan nya.

"Maaf bro" sambil memberikan tisu kepada siswa laki laki yang dia tak sengaja mengotori baju nya.

"Gapapa santai aja bas" mengambil tisu yang diberikan sambil menepuk bahu Bastian.

"Oke duluan ya" pergi meninggalkan eric dan melewatiku dan tersenyum tipis.

Dan aku tahu ternyata namanya adalah Bastian. Dia benar-benar cowok yang keren. 3 tahun aku sekolah disini kenapa aku baru melihat nya.

"Ouuh dia Bastian, anak pindahan dari Jakarta" kata salma dengan tiba-tiba kepadaku.

"Ouh ya? Pantesan aku baru liat dia" aku terus melihat Bastian hingga dia pergi tak terlihat melewati lorong kelas.

" Ya udah ayoo kita jajan ihhh" ucap Tya sambil menarik tanganku.

Aku terus memikirkan laki-laki itu. Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Ouh aku begitu menyukainya.

Part 3

#Pandangan Pertama

Hari ini begitu cerah,matahari memamerkan sinarnya dengan bangga. Aku berjalan menuju sekolah ku, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Biasanya aku berangkat bersama Ayahku naik mobil nya karena sekolahku dan tujuan ayahku searah. Tapi hari ini aku memilih berjalan. Alasannya? Yaa aku hanya ingin.

Aku berjalan sambil memakai earphone mendengarkan musik kesukaan ku. Lalu dari belakang terdengar suara motor mendekati ku. Lalu berhenti tepat di depanku.

"Hey clara " Dengan spontan aku terkejut dan melepaskan earphone yang terpasang di telingaku.

"Pulang sekolah aku tunggu di luar gerbang depan" Ucap Bastian kepadaku dengan suara nya yang berat dan senyum tipisnya, lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawabku.

Aku terdiam bingung. Dan berjalan sambil otak ku bertanya-tanya. Apa maksud Bastian. Dia kan ga kenal aku. Ko dia bisa tau nama aku. Atau dia salah orang? Masa sih. Tapi dia nyebut nama aku. Ouuuh pertanyaan itu tak bisa aku jawab. Aku malah makin kebingungan . Lalu lamunan ku tersadar ketika ada seseorang mengagetkan ku.

"Heyy Raaaa.." sahut Elva

"Ehh Elvaa"

"Kenapa kaget gitu, lagi mikirin apa sih?"

"Hmmmm... eh Vaa kamu tau kan anak baru di kelas sebelah yang namanya Bastian?"

"Iya tau,, dia baru pindah seminggu yang lalu,,kenapa kamu sukaa ya?" Menggodaku

"Tadi aku kan lagi jalan, nah pas deket gerbang tiba-tiba dia berhenti terus ngomong katanya nanti pulang sekolah dia bakalan nunggu aku di gerbang depan, dan dia tau nama aku Vaaa.."

"Hah emang dia kenal kamu gitu Ra? Ya udah kita liat aja dia ada ga pas pulang nanti, ya udah yu buruan masuk kelas, bentar lagi bel masuk nih". Langsung menarikku berjalan cepat.

Bel pulang berbunyi, suara terikan kegembiraan siswa lebih keras dari bel. Merema begitu bersemangat untuk keluar kelas. Seakan akan mereka akan keluar dari neraka. Aku berjalan ke luar kelas bersama syifa dan vira. Lalu dari kejauhan aku melihat Bastian sedang diam diatas motor nya tepat diluar gerbang. Mata nya sedang mencari seseorang. Cuaca hari ini begitu panas. Keringatnya menetes tetapi wajah tampan nya masih bersinar. Lalu mata nya tertuju pada ku, wajah nya menunjukkan rasa lega seakan apa yang dia cari telah ditemukannya. Aku begitu gugup ternyata Bastian benar-benar menungguku. Aku bingung, dia mau apa menungguku. Kan kita belum kenal.

"Raa tuh si Bastian ngeliatin kamu terus. Dia emang lagi nunggu kamu ya?" Ucap syifa, dengan bingung.

"Wuahh kamu udah jadian sama Bastian Ra?" Ucap Vira dengan keras.

"Syuut apaan sih kamu. Aku juga gatau ko dia disitu" jawabku sambil menutup mulut Vira.

Aku berjalan dengan penuh kebingungan, lalu dengan tiba-tiba Bastian turun dari motornya dan menghampiri ku. Aku semakin merasa gugup. Jantungku berdebar dengan keras seakan jantung ini akan meledak. Mata ku menatap Batian dengan heran.

"Ayo aku antar kamu pulang" ucap Bastian sambil tersenyum menunggu jawaban dariku.

"Aku pulang bareng teman-teman aku"

"Udah Ra sana bareng Bastian aja. " ucap Vira sambil mendorongku ke arah Bastian. Lalu bastian langsung menarik tanganku  ke arah motor nya. Sambil mengucapkan selamat tinggal kepada kedua temanku. Aku bingung dan tak tau harus melakukan apa. Aku mengikuti Bastian dan pergi dengan motornya. Diatas motor kita pergi melaju entah kemana . Aku terdian seribu bahasa,aku menjadi Bisu dan kaku. Pikiranku melayang layang kebingungan dengan situasi ini. Lalu aku memberanikan diri bertanya kepada Bastian.

"Kita mau kemana?" Tanyaku dengan polosnya.

"Kita pergi ke kafe yu. Ada yang mau aku omongin ke kamu, kamu pasti suka deh ke kafe ini. Soalnya keren banget tempatnya." Jawab Bastian sambil melajukan motornya tambah cepat. Dan aku tidak membalas perkataan nya. Aku hanya diam membiarkan dia membawaku pergi. Aku penasaran apa yang akan mau dia katakan kepada ku nanti.

Lalu  tibalah kita disebuah Kafe yang ternyata Kafe itu adalah milik ibuku. Kita masuk ke dalam dan Bastian memilih duduk di kursi yang menghadap ke pegunungan yang jauh diluar sana.

"Ini tempat duduk favorit kamu kan?" Ucap Bastian sambil memberikan minuman yang telah dia pesan.

"Kamu sering datang kesini?" Tanyaku heran.

"Ya sebenernya aku  pindah dari Jakarta 3 minggu yang lalu. Terus aku baru masuk sekolah seminggu yang lalu. Selama 2 minggu ini aku sering banget datang ke Kafe ini. Dan pertama kali aku datang ke sini aku liat kamu lagi duduk disini sambil mainin laptop kamu itu." Jawab Bastian

"Ouh ya? Aku ga pernah liat kamu disini" aku masih kebingungan.

"Ya jelas kamu ga liat. Orang kamu sibuk sama laptop kamu itu" ucap Bastian sambil meminum minumannya.

"Oh iya aku itu lagi sibuk ngerevisi novel yang aku buat"

"Pantesan kamu keliatan stres banget...aku ngeliat ekspresi kamu pusing gitu sambill kesel-kesel,dan aku ketawa sendiri ngeliat tingkah laku kamu,huahahhaa" ucap Bastian sambil tertawa menggoda membuatku kesal. "Dan itu juga pertama kali nya aku mulai suka ke kamu. Kamu itu polos banget dan lucu. Besok nya aku kesini lagi dan ngeliat kamu duduk lagi disitu dan kamu masih sibuk dengan tugas kamu itu. Terus aku setiap hari datang kesini, tapi selama seminggu terakhir kamu ga ada lagi disini. Aku nyesel banget ga kenalan sama kamu wakti itu. Sampe akhirnya kita ketemu lagi di kantin waktu disekolah. Aku ga nyangka ternyata kita bisa ketemu lagi". Jelas Bastian kepadaku.

Akuu hanya terdiam mendengar Bastian dan aku tersenyum. Ternyata bukan hanya aku yang suka kepada nya untuk pertama kali bertemu,ternyata  dia juga suka ke aku. Ouh aku senang sekali mendengarnya. Dan sejak hari ini kita mulai berpacaran.

Part 4

#Retak

Malam ini begitu dingin. Langit begitu gelap. Bintang bersembungi dibalik awan yang gelap. Bulan pun tak menampakkan wujudnya. Hujan turun dengan derasnya. Cahaya dari langit sekilas terlihat seperti flash kamera sedang memotret dibarengi dengan suara gemuruh petir sesekali. Aku duduk di meja belajarku menatap ponsel ku. Berbalas pesan dengan Bastian. Lalu aku belajar dengan serius mempersiapkan ujian ku yang tak lama lagi akan berlangsung. Lalu ku dengar dari luar kamarku suara dua orang sedang berbincang entah membicarakan apa aku tak mendengar nya. Dan tak lama dari itu ada suara gebrakan meja terdengar dari luar yang membuatku terkejut langsung melihat keluar kamar ku. Dan ku lihat Mamah dan Papahku sedang bertengkar. Entah apa masalah nya, yang ku lihat mereka sefang marah. Aku menghampiri mereka.

"Mahhh...pahhh...ada apa?" Tanya ku dengan bingung.

"Gapapa sayang, kamu masuk dulu ya" balas mamah ku kepadaku.

Ini untuk pertama kali nya aku melihat mereka bertengkar sehebat itu. Aku bingung. Ada apa ini. Kenapa mereka bertengkar. Aku begitu sedih. Suara hujan semamin terdengar deras. Dan aku memilih untuk pergi ke kasur ku. Aku tak berani mendengar pertengkaran mereka. Aku merasa sendirian. Kebetulan kakak sedang berada dirumah teman sekampusnya. Adikku sedang berada di rumah nenek ku. Ouh mengapa mereka bertengkar. Dan tanpa sadar aku tertidur.

Alarm HP ku berbunyi menunjukkan pukul 06.00 aku terbangun dan keluar kamarku. Melihat ke rumah susah kosong tak ada siapa pun. Seperti nya orang tua ku sudah pergi kerja. Huhf aku harus menyiapkan sarapanku sendiri lagi. Aku pergi mandi dan bersiap pergi sekolah. Lau sarapan dan pergi sekolah.

Hari ini aku begitu tidak semangat. Matahari tidak bersinar seperti biasanya. Seperti matahari sedang  menggambarkan suasana hatiku. Aku masih kepikiran kejadian tadi malam. Mengapa orang tua ku bertengkar. Huhf ya sudahlah aku harus melupakan .asalah rumahku. Dan menajalankan hari ku dengan baik.

Part 5

#Patah

Akhirnya aku sampai dirumah dan kulihat adik ku sedang belajar. Aku begitu lelah hari ini. Aku langsung pergi ke kamarku menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. Dan membiarkan pikiranku tenang. Lalu aku terkejut dengan suara seseorang membuka pintu kamarku. Dan aku langsung terbangun, kulihat kakak ku berdiri di  depan pintu kamarku. Melihatku dan tiba-tiba memarahi ku.

"De kamu ga liat itu rumah berantakan. Kenapa ga kamu beresin sih. Kakak kan cape baru pulang kuliah. Jangan cuma tidur-tidur main Hp."

"Aku juga kan baru pulang. Kenapa ga nyuruh si ade sih. Dia kan lagi diluar." Jawabku kesal.

"Ya udah sekarang cepet kerjain. Dia kan lagi belajar. Kamu juga kan kakak disini. Harusnya bisa dong contohin yang baik ke adik kamu." Ucapnya sambil pergi meninggalkak kamarku.

Huhf ada apa dengan orang dirumah ini. Kenapa mereka menjadi marah-marah. Ada apa ini. Ouh ya Tuhan Aku cuma lelah dengan hari ini. Lalu ibu ku pulang tak lama dari itu ayahku pun pulang. Dan ku dengar di dalam kamar mereka sedang bertengkar lagi.

"Mamah mau kita cerai pah" sambil menangis.

Lalu aku menghampiri mereka.

"Apa mah? Cerai?" Tanyaku dan tanpa sadar air mataku menetes. " Mamah sama papah tuh kenapa sih? Tiap hari bertengkar. Tau ga sih si ade ketakutan ngeliat kalian. Aku juga. Kenapa emang ga bisa di bicarain baik-baik? " lanjutku karena mereka hanya diam ketika aku tanya.

"Diem kamu. Kamu udah berani ngelawan ke papah? Masuk sekarang ke kamar kamu?" Bentak Ayahku.

"Aku ga ngelawan Papah. Aku cuma tanya. Tiap hari aku diem. Selama ini aku diem ngeliat kalian bertengkar. Dulu kalian ga pernah kaya gini..kenapa sekarang kaya gini..akhir-akhir ini kalian jadi sibuk sendiri. Mama pergi selalu pagi ga pernah ada dirumah. Aku nyiapin makan sendiri. Buat si ade juga...papah ga pernah ngeluangin waktu buat aku. Setiap aku minta buat ditemenin papah ,ga pernah bisa. Aku udaj sabar selama ini. Aku juga anak kalian kan" jelasku sambil menangis.

"Kamu tau kan mama sibuk harus nyiapin restoran sama kafe. Kamu bilang mama ga pernah ada dirumah. Mama diluar sana bukan lagi main main."

"Terus buat apa mama bahagiain pelanggan mama itu kalau mama sendiri ga bisa ngeluangin waktu buat bahagiain anak mama sendiri. Papa juga selalu bisa keluar bareng temen-temen papah tapi papah ga pernah bisa luangin waktu buat aku. Aku emang udah besar . Tapi aku juga masih butuh perhatian kalian kan. Dan sekarang kalian mau pisah? Terus aku..si ade sama kakak mau gimana? Kalian emang bakalan bahagia setelah pisah? Terus kita jadi korban?" Aku langsung pergi meninggalkan mereka.

Aku sudah muak dengan keluarga ini. Kenapa keluarga ini menjadi tidak seharmonis dulu? Kemana perginya kehangatan. Kemana perginya kebahagiaan. Aku cuma bisa menangis sendirian. Lalu aku menelpon sahabatku chika.

"Chikaa aku mau nginep dirumah kamu dong. Aku lagi bosen nih sendirian dirumah"

"Okay Raa sini aja kerumah. Aku tunggu Raa"

"Ini aku lagi dijalan chika.  Aku tutup ya telponnya"

Pikiranku tak karuan. Aku begitu kacau. Hari ini cerah tapi suasana hati ku tak seperti cerahnya langit. Aku begitu takut mereka akan berpisah. Apa yang akan terjadi pada aku kalau mereka berpisah. Ouhhh aku tak bisa berpikir jernih. Aku cuma bisa berdoa semoga Tuhan bisa mempertahankan hubungan mereka. Tibalah aku dirumah chika. Chika bertanya kepada ku . Karena tidak biasanya au menginap dirumah nya. Dan aku tak bisa menyembunyikan masalahku. Aku menceritakan semuana kepada chika. Dan Chika menenangkanku. Dia memang sabahat terbaikku. Kita menghabiskan waktu berdua. Kita pergi shopping agar aku bisa melupakan masalahku sejenak. Mencari udara segar. Dan tak sengaja kita bertemu Bastian sedang mengantar ibu nya belanja.

"Hai Raa,,kamu belanja juga.. kenalin mama aku Ra " ucap Bastian kepadaku

"Ouh iya.. Hallo Tante saya Clara" sambil mencium tangan ibu Bastian.

"Ouh ini yang namanya Clara? Tante udah serimg denger kamu dari Bastian, emang benar-benar cantik ya kamu" ucap Ibu Bastian sambil mengelus rambutku.

Aku cuma bisa tersenyum malu. Tiba-tiba  Chika ada telpon dari pacarnya. Dan mengharuskan dia untuk pergi bertemu pacarnya. Kini tinggallah aku, Bastian dan ibu nya. Lalu kita pergi ke restoran terdekat dan makan bersama. Berbincang dan tertawa. Ibu Bastian begitu baik. Dia begitu perhatian lalu aku teringat dengan keluargaku. Sudah lama aku tak pernah tertawa bersama keluargaku. Aku sedikit berkaca-kaca mengingat kejadian tadi sore. Kata-kata cerai terus menghantantuiku.

"Raa kamu baik-baik aja kan?" Tanya Bastian menyadarkan ku dari lamunan.

"Eh iya Bas aku ga apa apa ko hehehee"

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Tak terasa sudah malam yang mengharuskan kita untuk pulang. Chika pun sudah kembali akhirnya aku pulang bersama Chika. Dan pikiranku masih tentang keluargaku. Aku tak bisa tenang. Ku lihat keluar jendela mobil, membuka nya sedikit agar aku bisa menghirup udara segar. Memejamkan mataku dan menarik nafas perlahan. Sampailah dirumah Chika. Kita langsung istirahat untuk tidur.

Part 6

#Bertahan atau melepas
Hari ini tanggal merah. Sudah pasti sekolah libur. Dan aku malas sekali untuk pulang. Jika hanya melihat pertengkaran dan pertengkaran lagi. Dan aku memilih untuk bersama Chika, menghabiskan waktu bermain bercengkrama dan tertawa. Tiba tiba ponselku berbunyi dan itu telpon dari Bastian.
"Raa ketemu yu. Mama aku ngundang kamu kerumah niih"
"Ouh ya.. ada acara apa Bas?"
"Ngga ada acar sih. Mama aku pengen aja ketemu kamu. Gimana bisa ga Ra?"
"Oke Bas aku kerumah kamu"
"Aku jemput kamu ya Ra"
"Boleh..kamu jemput aku dirumah Chka ya Bas". Yaa Bastian sudah tau rumah chika karena aku pernah diantar oleh Bastian kerumah Chika.
"Oke Raa kamu siap-siap sanaa yang cantik huahahah"
"Siap Tuan" aku langsung menutup teleponnya dan langsung pergi mandi untuk siap-siap.
"Mau kemana Ra?" Tanya Chika.
"Ouh iya Chik hari ini kita ga jadi ke konser ya..soalnya ibu nya Bastian nyuruh aku ke rumah nya.. Gapapa kan chik?
"Cie ciee udah dikasih lampu ijoo niih..wuahaha gapapa Raa nanti tiketnya dikasih ke kakak aku aja.. have fun sayangkuuuu" ucap Chika sambil memelukku.
Aku pergi bersama Bastian ke rumah nya. Di perjalanan Bastian tuba tiba menanyakan sesuatu.
"Raa kamu baik baik aja kan?" Tanya Bastian
"Kenapa gitu Bas?"
"Kemarin malem kamu keliatan sedih."
"Ouhh gapapa ko Bas. Aku baik baik aja". Ya aku memang sedang berbohong. Aku tidak ingin Bastian tau masalah keluargaku. Aku tidak mau menceritakan kesedihan ini kepada Bastian. Aku ga mau dia khawatir.
Tibalah dirumah Bastian dan kulihat seseorang yang tak pernah aku bayangkan. Seseorang yang tak seharusnya ada disini. Aku berjalan menghampiri nya yang sedang bercengkrama dengan ibu nya Bastian. Mereka terlihat bahagia tertawa bersama.
"Ehh cantikk udah datang akhirnya..sini sayang duduk sini."sambut ibu nya Bastian kepadaku.
Aku menatap dalam dalam seorang pria tinggi besar yang bersama ibu nya Bastian.
"Papah..." aku begitu bibgung dengan situasi ini. Ada apa ini. Kenapa papah ada disini. Apakah ibu nya Bastian adalah temannya Papah?
"Claraa" jawab ayah ku dengan cemas.
"Lohh mas..sama Clara...?" Ucap ibu Bastian dengan bingung. Bastian hanya diam menyaksikan ini dengan bingung. Kita semua merasa bingung. Situasi apa ini.
"Oke sayang, kenalin ini calon Mama baru kamu" ucap ayahku dengan tegas tanpa ragu.
Aku terkejut mendengar nya. Mata ku mulai berkaca-kaca mendengar pernyataan ayahku. Apa ini. Kenapa begini. Aku benar- benar ta sanggup menerima kenyataan ini dan tanpa sadar aku meneteskan air mata ku dan pergi meninggalkan mereka dengan penuh kebingungan.
"Raa mau kemana?" Tanya Bastian sambil menahan tanganku agar tak pergi.
"Lepasin Bas. Jangan ikutin aku" melepas tangan Bastian yang menahanku. Aku pergi meninggalkan mereka. Aku tak tau harus kemana dan apa yang harus aku lakukan. Yang terlintas dipikiranku adalah pergi meninggalkan mereka. Aku benar-benar tak menyangka dengan ini. Pikiranku kacau. Aku memutuskan untuk pulang kerumah dan berharap Papah menjelaskan ini dirumah. Aku tidak siap mendengar ini. Aku tidak siap dengan semua ini. Setelah mendengar kata cerai yang dilontarkan bu ku, kini sekarang Ibu nya Bastian akan menjadi ibu tiri aku? Ouh ini sungguh tak masuk akal. Berulang kali telponku berbunyi. Ya itu Bastian dia berkali-kali menelponku tapi aku tidak siap menjawab telpon darinya. Aku masih tidak percaya dengan kejadian ini. Aku hanya ingin diam sendirian disudut kamarku. Aku harus bagaimana. Siapa yang harus aku telpon. Kepada siapa aku harus bercerita. Siapa yang bisa menjelaskan ini semua. Ouh pikiranku begitu kacau. Aku tak bisa menelpon kakak ku, dia pasti emosi mendengar ini. Aku tak bisa menelpon ibu ku. Dia pasti begitu sedih. Adikku? Dia masih kecil. Ya ayahku. Aku harus menunggu dia menjelaskan ini semua. Tak lama ayahku datang dan menghampiriku di dalam kamar. Aku masih menangis.
"Clara..papah bisa jelasin "
"Ya silahkan Pah..aku nunggu papah jelasin ini semua" mataku masih berkaca-kaca.
"Dia temen Papah."
"Teruus maksud papah dia bakalan jadi ibu tri aku apa pah..Papah kan belum cerai sama mamah..gimana perasaan mamah kalau tau ini pah. Gimana perasaan kakak kalau dia tau ini. Ade juga gimana..gimana papah mau jelasin ke mereka pah?" Aku tak tahan menahan tangis.
"Mamah kamu udah tau. Mamah kamu juga kan yang mau cerai sama papah. Papah cuma ngikutin kemauan mamah kamu"
"Mamah tau? Hubungan mama sama papah ga bisa diperbaiki lagi? Apa kalian ga bisa baikan lagi? Masih belum terlambat pah"
"Ini udah kesepakatan kita sayang" jawab ayahku sambil mengelus kepalaku dan dengan spintak aku menepisnya.
"Teruus kenapa harus dia pah..dia Ibu nya Bastian. Dia temen aku pah" aku langsung pergi meninggalkan ayahku.. karena aku sudah tidak sanggup mendengar penjelasannya lagi. Aku mendatangi retoran ibuku. Aku tak bisa berpikir apapun. Yang trlintas dibenak ku adalah pergi kepada ibuku.
"Clara sayang..ada apa?" Sambut ibu ku sambil memelukku
"Mahh ...apa mamah sama papah ga bisa baikan lagi? Kalian beneran mau pisah? Mah aku udah tau semuanya..mahh apa aku bener bakalan punya ibu tiri? Mahh aku gamauu" aku memeluk ibuku sambil menangis. Ibu ku tidak menjawabku dia hanya bisa mengelus kepalaku agar aku merada tenang. Matanya juga berkaca-kaca. Aku tahu dia juga sedih. Aku merasakan juga kehancuran hati nya.
"Mahh kenapa harus wanita itu. Mahh dia ibu nya Bastian mah"
"Bastian?!" Ibu ku terkejut mendengarnya. Ya ibu ku sudah tau Bastian adalah pacarku.

Keesokan harinya aku bertemu Bastian disekolah. Hatiku benar-benar hancur. Apa yang harus aku lakukan.
"Raaa.." sapa bastian kepadaku dan aku tak menjawabnya. Aku memilih untuk pergi mengabaikannya. Aku masih tidak tahu harus apa. Pikiranku masih kacau. Bel pulang berbunyi. Dan ku lihat Bastian di depan gerbang sedang menunggu ku.
"Raaa ayo pulang" ucap bastian menghentikanku. Dan aku memilih untuk pergi bersama Bastian . Diatas motor ini aku hanya terdiam bahkan Bastian pun diam. Lalu aku menyuruh Bastian berhenti. Disebuah Kafe di pinggir jalan yaa dan itu adalah Kafe milik ibuku. Kita masih saling diam seribu bahasa, sampai akhirnya aku memjtuskan membuka suara lebih dulu.
"Bas kita Putus aja" ucapku dengan gugus menahan agar tak ada air mata menetes. Dan aku menundukkan kepalaku. Aku tak sanggup menatap Bastian.
"Raaa.." belum sempat bastian melanjutkan aku memotong pembicaraannya.
"Kamu pasti udah tau kan Bas. Mama kamu pasti udah cerita kan Bas."
"Tapi mama aku bilang dia ga akan nikah sama papah kamu ko Raa"
"Bukan itu Bas masalahnya. Setelah ini emang pantes kita masih pacaran Bas?" Kini aku tak tahan menahan tangis. Air mataku tumbah tak bisa terbendung lagi.
"Tapi aku ga bisa kehilangan kamu Raa" ucap Bastian sambil memegang tanganku. Aku tak tabu apakan ini keputusan yang benar . Aku tak tahu apakah aku harus bertahan atau melepaskan. Hati ku masih ingin bersama Bastian. Tapi disisi lain ada sesuatu yang membuat kita harus berhenti.
"Kita masih bisa jadi temen baik ko Bas." Ucapku berusaha untuk tegar meyakinkan Bastian.
"Aku sayang banget sama kamu Raa.. aku ga nyangka ini jadi tempat putus kita. "Ucap Bastian putus asa.
"Aku minta maaf Bas." Aku beranjak dari duduk ku dan pergi meninggalkan Bastian.

Part 7
#Sebuah Akhir
    Tiba akhirnya ayah dan ibu ku menjalani sidang perceraian. Aku tak menyangka ini terjadi. Sebuah kelurga yang selalu aku banggakan kini hancur. Aku merasa hancur. Tali aku harus tetap kuat agar aku bisa menjalani kehidupan ini. Aku memilih tinggal bersama ibuku. Ayahku dipindah tugaskan ke Papua. Ia ditugaskan di Papua untuk 2 tahun lamanya. Beberapa minggu telah berlalu tanpa ada ayahku dirumah. Tanpa ada Bastian lagi yang selalu menunggu ku di gerbang untuk kita bisa pulang bersama. Setiap hari kita bertemu disekolah. Dia dengan kesibukannya dan aku dengan kesibukan ku. Kita hanya berpapasan dan saling tersenyum tipis.
Tibalah hari perpisahan sekolah. Hari ini benar benar sebuah akhir perpisahan untukku dan juga Bastian. Bastian akan melanjutkan kuliah di Luar negeri pindah bersama Ibunya. Dan aku akan melanjutkan kuliahku disini.
"Raa.. aku minta maaf" ucap Bastian
"Minta maaf buat apa Bas"
"Semuanya...aku minta maaf Raa ga pernah bisa jadi Pacar yang baik buat kamu. Aku masih sayang sama kamu Ra. Aku bakalan selalu sayang sama kamu Raa. Semoga kita bisa ketemu lagi Raa .. dan dalam keadaan yang baik. Situasi yang baik. "
Aku tak tahan mendengar ucapan Bastian. Aku hanya bisa diam menundukkan kepalaku. Dan aku pun menangis. Bastian menghapus air mataku. Dan aku berusaha menguatkan diriku.
"Aku juga minta maaf Bas."
Aku tak membenci siapapun. Aku tak menyalahkan siapapun atas kejadian semua ini. Aku menerima ini semua. Ini memang sudah menjadi jalan kehidupan ku. Aku menerima nya.
Hidup ini tak pernah berjalan sesuai keinginan kita. Sesuatu yang retak tak akan kembali utuh. Sekuat apapun menahan yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun menolak yang datang akan tetap.datang. kita hanya bisa menjalankan nya sesuai rencana Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun