Efektivitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar yaitu terkait dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas. Sering kali ditemui dalam kegiatan pembelajaran terdapat siswa yang luput dari perhatian guru padahal setiap peserta didik harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh pembelajaran.Â
Permasalahan ini juga bisa diatasi dengan kegiatan peer-teaching dan dilanjutkan dengan review dari guru agar menghindari terjadinya miskonsepsi.
Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan belajar secara individu. Apakah guru cukup hanya memetakan kebutuhan belajar peserta didik melalui kesiapan belajar saja? Tentunya tidak.Â
Asesmen awal non-kognitif, seperti: gaya belajar, kondisi emosional, dan lain-lain juga perlu diaplikasikan sebelum pembelajaran.Â
Kondisi emosional peserta didik selalu berubah-ubah oleh karena itu perlu untuk mengetahui kondisi mereka sebelum pembelajaran untuk diberikan perlakuan jika motivasi belajar pada level yang rendah.Â
Pemberian motivasi di awal pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.
Lalu seperti apakah solusi yang tepat dari kasus Bunga di atas?
Sekolah perlu menyadari adanya kesenjangan dalam kemampuan berbahasa asing di kalangan peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sekolah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kemampuan berbahasa asing mereka, sehingga peserta didik yang kurang mampu mendapatkan bimbingan lebih intensif.Â
Selain itu, sekolah mengadakan English Camp di Kampung Inggris, Pare, yang rutin dilaksanakan selama liburan semester.Â
Event ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bahasa Inggris dengan lebih mendalam di lingkungan yang mendukung.Â
Setelahnya, sekolah juga mengadakan Arabic Camp untuk memperkuat kemampuan bahasa Arab siswa, sehingga tidak hanya bahasa Inggris, tetapi juga bahasa Arab dapat dikuasai dengan lebih baik oleh seluruh siswa.