Dari jawaban @PeterGontha atas komentar akun @3hr3ni yang menyemangatinya, dapat disimpulkan sikap Menpar Arief Yahya ketika itu memang dingin.
Betul....bu, Indonesia terlalu besar dan terlalu cantik untuk dikelelo seoang yang hanya senyum sinis!!! (tulisan sesuai aslinya)
Peter F Gontha sendiri tidak menjelaskan apa yang dibicarakannya dengan Menpar Arief Yahya. Peter juga membantah pertemuannya dengan Arief Yahya ada kaitannya dengan event Java Jazz yang diselenggarakan tiap tahun dalam beberapa tahun terakhir ini.
tdak ada hubungannya dengan Java jazz, jawab akun @PeterGontha ketika ditanya.
Karena Peter F Gontha tidak menjelaskan apa isi pertemuannya dengan Menpar Arief Yahya, dan dari pihak Arief Yahya sendiri belum merespon kicauan Peter F Gontha, akhirnya banyak yang menyimpulkan macam-macam mengenai situasi saat itu, maupun makna yang tersirat di balik sikap dingin Menpar Arief Yahya.
Penulis mencoba mengira-ngira apa yang menyebabkan Menpar Arief Yahya, seorang yang dikenal ramah, cerdas dan kerap bersikap seperti seorang salesman dalam "menjual" pariwisata Indonesia, tiba-tiba bersikap dingin terhadap seorang Peter F Gontha, Dubes RI untuk Polandia yang memiliki pengaruh kuat di dunia musik dan keperdulian tinggi terhadap dunia pariwisata.
Yang pertama, mungkin Menpar Arief Yahya sedang tidak enak badan. Kondisi tubuh yang kurang sehat (tidak enak badan) memang kerap membuat seseorang tidak bisa berpura-pura untuk tampil ceria atau bersikap ramah. Bagaimana bisa dalam keadaan tidak enak badan, tetapi harus tersenyum, menunjukkan keramahtamahan atau penghormatan berlebihan terhadap seseorang, meski pun itu tamunya, seorang duta besar pula.
Hanya seorang aktor besar yang bisa melakukannya. Seperti kisah aktor Dedi Sutomo ketika bermain dalam film Sultan Agung belum lama ini. Dalam keadaan sakit dia harus mengikuti syuting dan tetap tampil dalam keadaan prima. Pengakuan Dedi tidak mengada-ada, aktor besar itu beberapa hari sekembalinya dari lokasi syuting, dipanggil oleh Yang Kuasa.
Kemungkinan kedua, Menpar Arief Yahya tengah menghadapi pekerjaan-pekerjaan besar untuk mensukseskan pariwisata Indonesia. Salah satunya adalah event Sail Moyo -- Tambora 2018, digelar 9-23 September 2018 di kawasan Pelabuhan Badas, dan Teluk Saleh, Sumbawa.
Sail Moyo -- Tambora 2018 memang bukan event main-main. Event ini diharapkan  membangkitkan kembali Nusa Tenggara Barat pasca gempa. Acara ini menjadi tempat berlabuhnya peserta Wonderful Sail To Indonesia 2018 sekaligus momentum bagi pemerintah untuk mengenalkan kepada dunia bahwa NTB mulai bangkit dari bencana.
Meskipun Sail Moyo Tambora 2018 diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Pemerintah Provinsi NTB bersama Kementerian Koordinator Bidang Maritim RI dan Kementerian Pariwisata RI, didukung oleh Kementerian Perhubungan, beban tetap ada di Kemenpar, karena tujuannya untuk mempromosikan potensi wisata bahari NTB ke kancah internasional, dan mengembalikan kedigdayaan pariwisata NTB.