"Naomi Osaka Minta Maaf Karena Kalahkan Serena William", "Kalahkan Serena Williams, Mengapa Naomi Osaka Minta Maaf?". Begitu antara lain, judul yang dibuat oleh media online untuk memberitakan kemenangan petenis Jepang, Naomi Osaka, atas petenis wanita nomor satu Amerika, Serena Williams.
Awalnya tak seorang pun bakal menduga Naomi akan menang lawan Serena. Serena adalah petenis berpengalaman pemegang puluhan gelar bergengsi, sedangkan Naomi hanya petenis muda yang seperti baru masuk ke panggung internasional, walau masuk ke dunia tenis profesional sejak 2013.Â
Jika tidak ada pertandingan bersejarah di ajang Amerika Serikat (AS) Terbuka 2018 itu, niscaya namanya tak akan muncul di media-media Indonesia, sehingga publik di Indonesia tak mengenal namanya.
Osaka memastikan gelar juara AS Terbuka di final pada Arthur Ashe Stadium, Minggu (9/9/2018) dini hari WIB. Petenis 20 tahun itu memetik kemenangan dua set 6-2, 6-4 atas Serena.
Pertandingan itu diwarnai dengan game penalty pada set kedua. Petenis tuan rumah, Serena, dinyatakan melakukan tiga kali pelanggaran. Penonton sempat marah kepada wasit dan menyoraki Naomi.
Penonton sudah pasti marah. Bagi pendukung, yang penting adalah pujaannya menang. Kalau kalah, apalagi kekalahannya disebabkan oleh faktor non teknis. Penonton atau pendukung, tidak mau tahu bahwa ada regulasi, ada aturan dalam setiap pertandingan yang harus ditaati oleh pemain maupun pelatih.
Dalam pertandingan Serena-Naomi, pelatih Serena telah memberikan instruksi kepada anak asuhnya. Wasit memberi peringatan, dengan mengurangi point Serena.
Serena bereaksi negatif terhadap peringatan Serena. Ia membanting raketnya, menuduh wasit sebagai "pembohong" atau "pencuri".
Ia mendapat point penalty karena  sebelum kemudian diberikan game penalty saat tertinggal 3-4 setelah meluncurkan serangan verbal terhadap Ramos, menuduhnya sebagai "pembohong" dan "pencuri" karena mencuri poin dari dirinya. Game penalty membuat Osaka memimpin 5-3 dan petenis Jepang berusia 20 tahun itu menjaga ketenangannya untuk mengukir kemenangan bersejarah.
Setiap pemenang, sudah selayaknya menikmati kemenangan dengan sukacita, tak perduli lawan yang dihadapinya sedang meratapi kegagalan. Pemandangan seperti itu lazim kita lihat dalam pertandingan sepakbola.
Namun Naomi tidak menunjukkan sikap berlebihan. Dia hanya mengangkat raket usai mengalahkan Serena, petenis yang sempat menjadi idolanya.