Mengikuti lomba science di luar kampus harus memakai biaya sendiri, baik di dalam maupun luar negeri. Damai pernah mengikuti lomba di beberapa tempat di dalam dan luar negeri bersama timnya. Prestasi tertingginya adalah Juara III di Miri University di Serawak, Malaysia.
Setiap orangtua diminta oleh perguruan tinggi untuk mengisi form penghasilan, gambar rumah dan daya listrik yang dipakainya. Orangtuanya dengan jujur mengisi apa adanya, tidak dikecil-kecilkan atau dibesar-besarkan.Â
Padahal ada yang menganjurkan, kalau mau dapat uang kuliah murah, data-data yang diberikan bisa kok "dimanipulasi". Bahkan ada orang mampu yang sengaja mengontrak rumah, dan data sebagai pengontrak itu yang diberikan sehingga uang kuliah yang ditetapkan bagi anaknya jadi rendah.
Pihak kampus akhirnya menetapkan uang kuliah sebesar Rp.7,5 juta per semester untuk Damai. Orangtuanya menerima itu sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi.Â
Anak teman orangtua Damai yang kuliah di PT yang sama, Fakultas yang sama, membayar uang kuliah lebih rendah dari Damai, meskipun orangtuanya yang memiliki penghasilan lebih baik dari orangtua Damai. Kebetulan kedua orangtua itu bersahabat.
Orangtua Damai sejak jauh-jauh hari memang sudah menyiapkan biaya pendidikan anaknya. Bukan dalam bentuk asuransi, tetapi tabungan yang bisa diambil sewaktu-waktu.
Awalnya semua lancar dan baik-baik saja. Karena orangtuanya selain sebagai jurnalis, kadang nyambi sebagai pembuat film layanan mayarakat di sebuah rumah produksi. Jadi walau pun gaji sebagai jurnalis jauh dari memadai, kekurangannya masih bisa ditutupi dari pekerjaan paruh waktu itu.
Namun kehidupan ibarat roda berputar. Sisinya bisa di atas, kadang di bawah. Rumah produksi tempat ayah Damai mengais rejeki tambahan, akhirnya bangkrut. Padahal pernah menjadi rumah produksi terkuat yang memiliki klien instansi-instansi pemerintah. Direkturnya mantan wartawan -- sahabat orangtua Damai di masa lalu -- yang sukses jadi pengusaha.
Keduanya tetap bersahabat walau pun memiliki pilihan berbeda. Jika sudah bicara politik, keduanya bisa berdebat dengan panas, walau masih tetap menjaga kepala tetap dingin.Â
Sang direktur yang sahabat lama orangtua Damai itu sejak awal tidak suka Jokowi. Ndilalah, setelah Jokowi menjadi presiden, usahanya terus merosot hingga bangkrut, kebijakan Jokowi yang terlalu ketat dianggap sebagai biang keladinya. Kebenciannya terhadap Jokowi makin bertambah.
Kebangkrutan itu pada gilirannya juga berdampak pada penghasilan orangtua Damai. Sementara penghasilan sebagai jurnalis tidak bisa diandalkan, sejak masuknya era internet. Media cetak satu persatu berguguran, sementara media online tidak serta merta bisa menghasilkan uang.