Mohon tunggu...
Matjhacoffee
Matjhacoffee Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya suka menulis berbagai hal yang penuh di otak saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fayre

12 September 2024   22:19 Diperbarui: 12 September 2024   22:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selalu ada orang yang dikagumi diam-diam. Dia yang dikagumi tidak perlu dimiliki, cukup dipandang dari jauh. Karena jika bisa memegangnya, ia terlalu berharga. Makhluk terindah yang pernah hadir di hidup seorang laki-laki. Di dunia Pramoedya Arsen, ia simpan satu nama yang sangat ia kagumi. Arsen mana berani menampakkan cinta. Namun dalam aksaranya, tak pernah luput nama wanita tersebut. Arsen tidak peduli apakah gadis itu menyimpan rasa yang sama atau tidak. Karena yang terpenting, Arsen bahagia, dan Arsen senang akan hal itu.

Semua hal tentang gadis itu akan selalu Arsen tulis dan selalu membuat Arsen tersenyum dengan hati yang membuncah hangat. Bahkan hanya dengan mendengar namanya saja, hati Arsen seakan berlari mengejarnya. Kalau kalian penasaran siapa nama gadis tersebut, jawabannya ada di judul cerita ini. Iya, Fayre. Gadis yang kerap datang dengan tas yang memiliki gantungan kunci Kuromi. Fayre yang sederhana tanpa hiasan apa pun. Fayre yang senyumnya menggetarkan dunia Arsen.

Manusia di sekitar Arsen pasti tahu siapa Fayre. Satu-satunya gadis yang bisa membuat laju motor Kawasaki W175-nya melambat. Cuma Fayre yang akan ia beri tumpangan Himawan milik Arsen. Kini hanya Fayre yang akan ia targetkan, sebab sebelumnya wanita yang biasa mendapatkan dua hal istimewa tersebut sudah tiada. Ibu Arsen yang sangat ia cintai. Sejak Ibu tidak ada, Arsen selalu merasa kesepian, bapak juga sudah tidak se-asik saat ibu masih ada. Maka ketika Arsen dengan tidak sengaja bertemu Fayre di parkiran fakultasnya kala itu, buru-buru Arsen menceritakan tentangnya di hadapan pusara ibunya. 

"Ibu, sepertinya ada gadis yang akan sering aku ceritakan. Gadis yang biasa ibu doakan. Dia cantik, baik, dan ramah sekali. Semoga dia benar orangnya ya, Bu. Semoga dia orang yang Ibu inginkan."

Dan sekarang, disaat Arsen baru saja menaiki motor hitamnya, terlihat Fayre dengan wajah paniknya. Tangannya lincah menari diatas layar ponselnya hingga tak  sadar motor yang melaju ke arahnya. Lantas dengan segera Arsen tarik lengannya menyingkir dari motor tersebut. 

Fayre terkejut sambil menggenggam erat ponselnya. Si pemilik motor tadi kontan berhenti dan membuka kaca helmnya. "Aduh, maaf Kak, Kakaknya gapapa?" Ucap pemotor tersebut. Kemudian Fayre mengangguk perlahan masih dalam posisi tadi. "Terima kasih Mas, udah narik Mbaknya." Pengemudi motor tersebut menganggukkan kepalanya kemudian berlalu pergi dari hadapan Fayre yang masih menempel dengan tubuh Arsen. 

Jika Arsen tuliskan perasaan ini pada buku hariannya di rumah, tentu akan membutuhkan berlembar-lembar kertas untuk menuliskannya. Karena saat ini, setelah hari pertama dia kagumi diam-diam, sosok itu berdiri sangat dekat dengan dirinya, Arsen bahkan bisa mencium aroma shampoo yang dipakai Fayre. Arsen juga bisa mendengar detak jantungnya dan tak lagi merasakan waktu berjalan. Apakah dia akan berakhir seperti ini saja? Semoga semut yang berjalan di atas pipa sana tidak menertawainya. 

"Ekhem," Batuk kecil yang keluar dari mulut Fayre lantas melepaskan cengkeraman tangan Arsen pada lengannya. "Terima kasih, Oh, Arsen ya?" Ucap Fayre setelah mengenalinya. Iya, hanya mengenali pemuda bernama Arsen teman sekelasnnya.

Arsen tersenyum kecil tanda jawaban. Dia masih diatas motornya dengan jaket yang belum tertutup.

"Kebetulan, eeee guee boleh minta tolong gak?" Tanya Fayre ragu.

Arsen diam. Apakah? Apakah ini akan menjadi kesempatannya? Apakah ini waktunya? Oh jangan, sepertinya belum. Namun untuk apa Fayre bertanya? Arsen bahkan jauh dari siap untuk melaksanakan segala hal yang bisa ia lakukan demi Fayre. Arsen tentu tidak mau melewati kesempatan ini. Maka masih diatas motor Kawasaki hitamnya, masih dengan jaket yang terbuka, ia berucap dengan mantap disertai senyum tipisnya. "Boleh,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun