Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Lebih dari 35 tahun menggeluti bidang Corporate Communication. Organisasi: Ketua Umum Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dosen Komunikasi Vokasi Universitas Indonesia Konsultan Public Relations Anyes Bestari Komunika Penulis Buku Gramedia (terdaftar) Trainer Gramedia Akademi Trainer Pusdiklat KOMINFO Pendidikan: Deakin University - STA Multifaith Leadership for Women Organization London School of Public Relations - M.Si FISIP UI - Sarjana Komunikasi Fakultas Sastra Belanda UI - D3 Cambridge University / LSPR - Managing Information Certification Lemhannas RI, PPRA 64 Penerbitan Buku: Becermin Lewat Tulisan (Gramedia Pustaka Utama) 1001 Virus Cinta Keluarga (Gramedia Widiasarana Indonesia) Brand Yourself (Gramedia Widiasarana Indonesia) Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita (Gramedia Widiasarana Indonesia) Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dan Australia (Gramedia Widiasarana Indonesia) Pencapaian/Penghargaan: Australia Awards Indonesia, STA Scholarship Indonesia Wonder Women, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Original vs Krispi, Ketika Brand adalah Janji tetapi Reputasi adalah Kenyataan

29 Mei 2024   17:54 Diperbarui: 30 Mei 2024   00:42 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti juga brand dari sebuah produk maka nama baik seseorang perlu terus dirawat dan ditingkatkan. Sebuah brand menjadi 'terisi' maknanya pertama karena perusahaan terlebih dulu membangun identitas produk melalui nama, logo, corporate color serta atribut-atribut lain yaitu teknik pemasaran dan promosi, pelayanan sebelum dan setelah pembelian, termasuk tampilan counter dimana produk dijual. Melalui identitas produk yang kuat ini akan terbentuk citra yang diharapkan. 

Contohnya, jika perusahaan kita ingin dikenal sebagai perusahaan yang ramah lingkungan, maka mulai dari kemasan produk dan bahan baku hingga pembuangan limbah pabrik perlu mengacu pada peraturan yang berlaku. Materi yang digunakan dapat didaur ulang atau tidak merusak lingkungan, pengeluaran limbah tidak melebihi ambang batas yang ditentukan Pemeintah. 

Tentunya setiap kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) memiliki ekspektasi yang berbeda yang kesemuanya kemudian dapat membentuk citra menyeluruh terhadap produk dan perusahaan.

Semisal, karyawan memiliki harapan terhadap kenaikan pangkat yang adil (menyangkut aspek transparansi); konsumen berharap agar produk tersedia di setiap pasar swalayan (menyangkut efisiensi); dan para investor menginginkan agar perusahaan memiliki program community development yang berkesinambungan (menyangkut tanggung jawab sosial). Jika hal ini sudah dapat dilakukan oleh perusahaan, maka kepercayaan publik akan lebih mudah diperoleh. 

Demikian halnya dengan nama baik seseorang, dibentuk pertama kali dari identitas diri yaitu bagaimana orang dapat mengenal kita. Misalnya, Bapak Jono seorang pengusaha Indonesia yang badannya tambun atau Bapak Jono yang serorang guru asal Jawa Tengah yang murah senyum, plus embel-embelnya "pengusaha yang berjiwa sosial karena seringkali menyumbang untuk kegiatan-kegiatan amal" atau "guru yang memiliki prinsip kuat karena tak kena disogok".

Selanjutnya identitas diri kita perlu ditopang dengan tindakan nyata yang dapat dilihat atau dirasakan oleh orang lain. Identitas diri itu dibangun dan dikembangkan, bukan diciptakan karena diciptakan dapat secepat membalik tangan.

Sebagai contoh, orang akan mengenal kita sebagai orang yang sederhana melalui apa yang kita kenakan pada umumnya, bagaimana gaya hidup kita, dimana kita tinggal, bahkan juga melalui kehidupan anggota keluarga kita lainnya yang selaras. 

Namun, kita dapat saja menciptakan sesuatu seperti yang kita inginkan dalam sekejap seperti membagi nasi bungkus gratis kepada para tunawisma. 

Kemudian masyarakat mengetahui bahwa itu sifatnya hanya sementara, sebab sebelumnya kita tidak pernah bagi-bagi makanan gratis, apalagi kemudian orang paham jika tindakan itu sekedar membangun citra baik karena tujuan personal tertentu.

Apakah kaitannya semua di atas dengan brand? Kekuatan sebuah brand tak dapat dibangun hanya dalam waktu sekejap, perlu proses, perencanaan, tujuan yang matang dan strategi komunikasi yang berkesinambungan.

Ketika seseorang menggunakan merek tertentu hanya karena ingin sekedar tampak berkelas tetapi tidak didukung dengan sikap dan perbuatan yang menunjang, ibaratnya seperti barang yang palsu, tidak original. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun