Seperti juga brand dari sebuah produk maka nama baik seseorang perlu terus dirawat dan ditingkatkan. Sebuah brand menjadi 'terisi' maknanya pertama karena perusahaan terlebih dulu membangun identitas produk melalui nama, logo, corporate color serta atribut-atribut lain yaitu teknik pemasaran dan promosi, pelayanan sebelum dan setelah pembelian, termasuk tampilan counter dimana produk dijual. Melalui identitas produk yang kuat ini akan terbentuk citra yang diharapkan.Â
Contohnya, jika perusahaan kita ingin dikenal sebagai perusahaan yang ramah lingkungan, maka mulai dari kemasan produk dan bahan baku hingga pembuangan limbah pabrik perlu mengacu pada peraturan yang berlaku. Materi yang digunakan dapat didaur ulang atau tidak merusak lingkungan, pengeluaran limbah tidak melebihi ambang batas yang ditentukan Pemeintah.Â
Tentunya setiap kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) memiliki ekspektasi yang berbeda yang kesemuanya kemudian dapat membentuk citra menyeluruh terhadap produk dan perusahaan.
Semisal, karyawan memiliki harapan terhadap kenaikan pangkat yang adil (menyangkut aspek transparansi); konsumen berharap agar produk tersedia di setiap pasar swalayan (menyangkut efisiensi); dan para investor menginginkan agar perusahaan memiliki program community development yang berkesinambungan (menyangkut tanggung jawab sosial). Jika hal ini sudah dapat dilakukan oleh perusahaan, maka kepercayaan publik akan lebih mudah diperoleh.Â
Demikian halnya dengan nama baik seseorang, dibentuk pertama kali dari identitas diri yaitu bagaimana orang dapat mengenal kita. Misalnya, Bapak Jono seorang pengusaha Indonesia yang badannya tambun atau Bapak Jono yang serorang guru asal Jawa Tengah yang murah senyum, plus embel-embelnya "pengusaha yang berjiwa sosial karena seringkali menyumbang untuk kegiatan-kegiatan amal" atau "guru yang memiliki prinsip kuat karena tak kena disogok".
Selanjutnya identitas diri kita perlu ditopang dengan tindakan nyata yang dapat dilihat atau dirasakan oleh orang lain. Identitas diri itu dibangun dan dikembangkan, bukan diciptakan karena diciptakan dapat secepat membalik tangan.
Sebagai contoh, orang akan mengenal kita sebagai orang yang sederhana melalui apa yang kita kenakan pada umumnya, bagaimana gaya hidup kita, dimana kita tinggal, bahkan juga melalui kehidupan anggota keluarga kita lainnya yang selaras.Â
Namun, kita dapat saja menciptakan sesuatu seperti yang kita inginkan dalam sekejap seperti membagi nasi bungkus gratis kepada para tunawisma.Â
Kemudian masyarakat mengetahui bahwa itu sifatnya hanya sementara, sebab sebelumnya kita tidak pernah bagi-bagi makanan gratis, apalagi kemudian orang paham jika tindakan itu sekedar membangun citra baik karena tujuan personal tertentu.
Apakah kaitannya semua di atas dengan brand? Kekuatan sebuah brand tak dapat dibangun hanya dalam waktu sekejap, perlu proses, perencanaan, tujuan yang matang dan strategi komunikasi yang berkesinambungan.
Ketika seseorang menggunakan merek tertentu hanya karena ingin sekedar tampak berkelas tetapi tidak didukung dengan sikap dan perbuatan yang menunjang, ibaratnya seperti barang yang palsu, tidak original.Â