Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Pengalaman Profesional (35 tahun) : Bank CIMB Niaga (Corporate Communication) ; Raja Garuda Mas Group (Senior Communication Officer) ; Kompas Gramedia (Hubungan Masyarakat) ; Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Konsultan Komunikasi); Akademi Televisi Indonesia (Ketua Program Studi). Organisasi: Ketua Umum Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dosen Komunikasi Vokasi Universitas Indonesia Konsultan Public Relations Anyes Bestari Komunika Penulis Buku Gramedia (terdaftar) Trainer Gramedia Akademi Trainer Pusdiklat KOMINFO Pendidikan: Deakin University - STA Multifaith Leadership for Women Organization London School of Public Relations - M.Si FISIP UI - Sarjana Komunikasi Fakultas Sastra Belanda UI - D3 Cambridge University / LSPR - Managing Information Certification Penerbitan Buku: Becermin Lewat Tulisan (Gramedia Pustaka Utama) 1001 Virus Cinta Keluarga (Gramedia Widiasarana Indonesia) Brand Yourself (Gramedia Widiasarana Indonesia) Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita (Gramedia Widiasarana Indonesia) Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dan Australia (Gramedia Widiasarana Indonesia) Pencapaian/Penghargaan: Australia Awards Indonesia, STA Scholarship Indonesia Wonder Women, Universitas Indonesia Top 27 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), 2017 Top 15 Komnas Perempuan, 2019

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Original vs Krispi, Ketika Brand adalah Janji tetapi Reputasi adalah Kenyataan

29 Mei 2024   17:54 Diperbarui: 30 Mei 2024   00:42 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi branding (THINKSTOCKS/TUMSASEDGARS via KOMPAS.com) 

Sehingga ketika seseorang memilih untuk menggunakan merek tertentu, ia sedang menyesuaikan pada lingkungan atau pangkat yang sekarang dimiliki. Jika sebelumnya ia tak tertarik dengan merk terkenal atau hanya mampu membeli produk lokal, maka saat ini ia perlu membiasakan dengan menggunakan merek-merek internasional.

Sebuah Janji

Brand juga memiliki kaitan dengan perolehan kepercayaan dari masyarakat atau reputasi terhadap produk dan perusahaan yang memproduksinya. Strategi sebuah brand dikembangkan secara sistimatis melalui proses pembentukan serta pemeliharaan reputasi yang baik (Van Riel dan Bruggen, 2022). 

Untuk itu sebuah brand memiliki aspek intangible didalam sebuah produk, maka kita bicara soal nilai yang terkandung dalam sebuah brand.

Philip Kotler (2003) menyebutkan Brand Value adalah nilai ekonomis yang terkait dengan merek. Misalnya, seseorang menggunakan mobil merk X karena selain tampak elegan tetapi irit bensin atau karena kendaraan tersebut dapat memuat penumpang lebih banyak. 

Bagaimana brand itu dijiwai adalah melalui komunikasi yang strategis, diantaranya lewat slogan atau tagline yang menghubungkan antara brand produk dengan company brand. Sebagai contoh Revlon mencetus pesan "We are not in the business of selling cosmetics. We are in the business of selling Hope".

Maksudnya adalah, ibarat seseorang membeli produk dari Revlon maka ia juga membeli aura kecantikan yang diharapkan. Sementara Nike memberikan deskripsi sebagai "It is not in the business of marketing sports shoes and accessories: the brands want to get athletes and ordinary people get the best out of themselves". 

Asosiasinya adalah ketika orang mengenakan sepatu atau produk berlabel Nike, meski mereka bukanlah seorang atlit tetapi mereka dapat memiliki spirit seorang atlit.

Lebih jauh lagi, Nestle meng-claim sebagai produk makanan sehat yang kemudian turut menciptakan kehidupan yang berkualitas, "We are Nestl. The Good food, Good life company. We believe in the power of food to enhance lives."

Jiwa sebuah brand juga ditanam melalui apa yang dikenal sebagai Brand Equity yakni segala aspek yang membentuk persepsi tersendiri di benak konsumen. 

Sebagai contoh pengguna Apple dipahami sebagai mereka yang berusia relatif matang dari kalangan professional dilihat dari harga maupun ketersediaan produk computer, laptop, gadget ini di pasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun