Sehingga ketika seseorang memilih untuk menggunakan merek tertentu, ia sedang menyesuaikan pada lingkungan atau pangkat yang sekarang dimiliki. Jika sebelumnya ia tak tertarik dengan merk terkenal atau hanya mampu membeli produk lokal, maka saat ini ia perlu membiasakan dengan menggunakan merek-merek internasional.
Sebuah Janji
Brand juga memiliki kaitan dengan perolehan kepercayaan dari masyarakat atau reputasi terhadap produk dan perusahaan yang memproduksinya. Strategi sebuah brand dikembangkan secara sistimatis melalui proses pembentukan serta pemeliharaan reputasi yang baik (Van Riel dan Bruggen, 2022).Â
Untuk itu sebuah brand memiliki aspek intangible didalam sebuah produk, maka kita bicara soal nilai yang terkandung dalam sebuah brand.
Philip Kotler (2003) menyebutkan Brand Value adalah nilai ekonomis yang terkait dengan merek. Misalnya, seseorang menggunakan mobil merk X karena selain tampak elegan tetapi irit bensin atau karena kendaraan tersebut dapat memuat penumpang lebih banyak.Â
Bagaimana brand itu dijiwai adalah melalui komunikasi yang strategis, diantaranya lewat slogan atau tagline yang menghubungkan antara brand produk dengan company brand. Sebagai contoh Revlon mencetus pesan "We are not in the business of selling cosmetics. We are in the business of selling Hope".
Maksudnya adalah, ibarat seseorang membeli produk dari Revlon maka ia juga membeli aura kecantikan yang diharapkan. Sementara Nike memberikan deskripsi sebagai "It is not in the business of marketing sports shoes and accessories: the brands want to get athletes and ordinary people get the best out of themselves".Â
Asosiasinya adalah ketika orang mengenakan sepatu atau produk berlabel Nike, meski mereka bukanlah seorang atlit tetapi mereka dapat memiliki spirit seorang atlit.
Lebih jauh lagi, Nestle meng-claim sebagai produk makanan sehat yang kemudian turut menciptakan kehidupan yang berkualitas, "We are Nestl. The Good food, Good life company. We believe in the power of food to enhance lives."
Jiwa sebuah brand juga ditanam melalui apa yang dikenal sebagai Brand Equity yakni segala aspek yang membentuk persepsi tersendiri di benak konsumen.Â
Sebagai contoh pengguna Apple dipahami sebagai mereka yang berusia relatif matang dari kalangan professional dilihat dari harga maupun ketersediaan produk computer, laptop, gadget ini di pasaran.