lidah, mulut dan otakku seperti tidak dalam jalur yang sama.
"maaf kalau selama ini aku salah. aku permisi.", dia pergi meninggalkan ku.
sekarang tubuhku yang kaku. aku seperti tidak bergerak. pertanyaan di otakku berkecamuk, tumpang tindih. aku melihatnya menjauh dan keluar dari pintu depan kafe.
dia berdiri di depan pintu mobilnya. beberapa menit lagi dia akan meninggalkan aku.
"aku takut. aku tidak yakin apa kamu juga merasakan apa yang aku rasakan.", aku mencoba meyakinkannya.
dia menutup lagi pintu mobilnya. dan berjalan mendekat ke arahku. dia menatap tajam ke dalam relung hatiku. tubuhku dingin.
"apa lagi?", tanya dia.
"ap-- apa kita bisa mulai dari awal?"
"apa kamu siap?"
aku menganggukkan kepala.
"kamu?", tanyaku.