Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Aturan TKDN Kemenperin dan Larangan I-phone Menjamah Pasar Indonesia

5 November 2024   22:54 Diperbarui: 19 November 2024   20:29 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar I-phone 16|freepik.com

Peminat I-phone Indonesia kini dihadapkan pada posisi berat. Pemerintah Indonesia mengeluarkan larangan bagi perusahaan Apple untuk menjual produk I-phone terbaru di Indonesia.

Selama ini, Apple telah meraup untung besar dengan pasar menjanjikan di Indonesia. Ada 13 juta pengguna I-phone di Indonesia dari total 280 juta penduduk. Bukankah ini selisih yang besar antara pengguna I-phone Indonesia dan India?. 

Perbandingan pengguna I-Phone India dan Indonesia cukup mengagetkan. Penduduk India berjumlah milyaran, sementara Indonesia masih ratusan juta. Mengapa orang Indonesia begitu doyan membeli I-phone?

Indonesia masuk dalam daftar konsumen I-phone terbesar keempat di dunia. Bayangkan berapa kerugian Apple dengan larangan penjualan I-phone di Indonesia?

Dunia sedang melihat perubahan besar dalam penduduk Indonesia. Tidak tertutup kemungkinan, Indonesia melangkah menuju negara maju. Sebagai negara berkembang saat ini, setengah penduduk Indonesia masuk katagori menengah.

Perusahaan sebesar Apple sangat jeli melihat peluang bisnis. Indonesia adalah pasar besar bagi Apple dengan mempertimbangkan jumlah konsumen I-phone setiap tahunnya yang terus meningkat. 

Jika Apple kehilangan pasar di Indonesia, maka perusahaan akan mengalami kerugian besar yang berefek pada ekspansi bisnis kedepannya. 

Apple terlihat enggan berinvestasi di Indonesia. Di Asia Tenggara, profit Apple mengalir deras dari Indonesia. Lantas, mengapa mereka tidak tertarik membangun pabrik di Indonesia. Bahkan, perwakilan resmi Apple hanya ada di Singapura dan Malaysia.

Pemerintah Indonesia mempertanyakan keputusan Apple. Bagi Indonesia, pola bisnis Apple terkesan ingin mendapatkan untung besar tanpa mau bekerjasama. Indonesia malah dianggap sapi perah oleh pihak Apple. 

Rute perdagangan Apple di Asia Tenggara|sumber Screenshoot Youtube Indonesia Documentary
Rute perdagangan Apple di Asia Tenggara|sumber Screenshoot Youtube Indonesia Documentary
Vietnam sebagai Penyalur Resmi Produk Apple

Strategi Apple membangun pabrik di Vietnam yakni sebuah langkah strategis. Dengan biaya produksi yang kecil, Apple bisa menargetkan pasar lebih besar dalam waktu cepat. 

Produk Apple sejenis I-phone masuk ke Singapura dari Vietnam, baru setelahnya masuk ke Indonesia. Dengan begitu, Apple tetap mendapat keuntungan besar dari harga jual tinggi.

Sepanjang 2023 Indonesia menghasilkan 50 juta smartphone, termasuk Samsung, Huawei, Oppo dan Lenovo. Selain itu, 2.8 juta lainnya diimpor dari luar negeri. 

18% dari total impor smarphone berupa produk I-phone. Apple enggan membangun pabrik di Indonesia karena alasan ketersedian penyuplai bahan pembuatan Apple. 

Sementara Vietnam menjadi pilihan terbaik Apple karena dua alasan: pertama, letak yang strategis dengan Cina memudahkan supplai bahan pembuatan Apple. kedua, biaya produksi jauh lebih kecil. Artinya, Apple bisa meraup untung jauh lebih besar dengan pasar yang mudah dijangkau, terutama konsumen Indonesia. 

Disini terlihat bagaimana Apple berhasrat untuk mencapai keuntungan besar dengan melahap pasar Asia Tenggara. Bagi Apple, membangun pabrik di Indonesia bukanlah pilihan menguntungkan. 

Selama 10 tahun beroperasi di Vietnam, Apple sudah membuka 200 ribu lapangan pekerjaan dan bekerjamasa dengan 26 supplier dalam negeri. Vietnam diuntungkan dengan pendirian pabrik Apple disana.  

Setiap penjualan produk Apple di Asia Tenggara berarti keuntungan bagi pemerintah Vietnam. Padahal, Indonesia adalah pemakai I-phone keempat terbesar di dunia. Idealnya, Apple membangun pabrik di Indonesia, bukan di Vietnam. Kenyataannya tidak demikian.

Apakah hanya faktor biaya produksi murah, sehingga Apple memilih Vietnam?

Jawabannya tidak!

Apple ingin melepaskan diri dari keterikatan dengan pabrik di Cina. Langkah Apple membangun pabrik di bagian utara Vietnam adalah strategi jangka panjang. 

Posisi Vietnam yang sangat dekat dengan pabrikan Apple di Cina memudahkan Apple untuk perlahan memindahkan semua pabrik mereka ke Vietnam. Nantinya, Apple akan membangun kekuatan di tempat baru yang jauh lebih efisien. 

Hubungan Amerika dan Cina sudah mulai retak saat perang dagang terjadi. Kemampuan Cina membangun perusahaan semikonduktor menciptakan ketakuan besar bagi pemerintah Amerika. 

Saat Trump memimpin, percikan perang dingin antar kedua negara tidak dapat dihindari. Pemerintah Cina berhasil menciptakan chip yang dulunya diimpor dari negara lain, termasuk Taiwan.

Chip terbesar Apple berasal dari pabrikan semikonduktor Taiwan. Perusahaan Apple yang sudah lama berdiri di Cina menanggung beban besar. Suatu saat, Apple harus bersiap untuk pergi dari Cina karena peraturan dalam negeri Cina yang tidak lagi memihak pada asing. 

Apple tentu sudah membaca dan memetakan jalur baru. Mereka membangun kekuatan di Vietnam dengan harapan akses lebih mudah dan supplier yang bisa diandalkan.

Indonesia sama sekali tidak siap dengan visi jangka panjang Apple. Makanya, membangun pabrik di Indonesia jelas bukan langkah tepat bagi Apple. Selain karena faktor tenaga kerja, posisi Indonesia terlalu jauh untuk memindahkan pusat pabrikan Apple dari Cina. 

Secara perhitungan, Apple mengalami kerugian besar jika memilih Indonesia sebagai pabrikan terbesar Apple di Asia dalam jangka panjang. Kestabilan politik Indonesia juga diperhitungkan. Intinya, Apple tidak mau rugi sama sekali, tapi berambisi untuk terus menjual produknya di Indonesia.

Sudahkan Sikap Indonesia Tepat?

Pilihan untuk melarang produk Apple masuk ke Indonesia ada benarnya. Secara kasatmata, Indonesia berhak mengeluarkan aturan dalam negeri. Apple wajib tunduk dan mengikuti aturan jika mau tetap berdagang di Indonesia. 

Indonesia jelas tidak diuntungkan dengan kebijakan Apple saat ini. Produk Apple yang terkenal mahal laku keras di Indonesia, sementara kebijakan investasi Apple hanya menyentuh aspek pendidikan.

Apple hanya berani berinvestasi 101 juta dolar di Indonesia untuk membangun empat akademi pengembangan Apple. Bandingkan dengan singapura yang mendapat suntikan dana investasi sebesar 250 juta dolar dari Apple. 

Walaupun secara statistik Apple menyatakan besaran impor ada di Singapura, namun faktanya produk Apple yang masuk ke Indonesia melewati Singapura. 

Larangan penjualan Apple ditenggarai karena janji investasi Apple yang belum tuntas. Dari 101 juta dolar yang dijanjikan, Apple baru berinvestasi 90 juta dolar di Indonesia. Apple belum sepenuhnya menepati janji yang terlajur diucapkan. 

Jadi, pemerintah membuat kebijakan baru bagi Apple yang melarang produk I-phone 16 masuk ke Indonesia. Kemenperin menyatakan jika I-phone 16 beredar di Indonesia, maka dianggap ilegal. 

Proses sertifikasi produk asing, dalam hal ini I-phone, harus memenuhi 40% komponen dalam negeri. Sikap Apple jelas tidak merefleksikan bagi hasil menguntungkan. 

Apple ingin mengeruk laba sebesar-besarnya dengan potensi pasar di Indonesia. Konsumen I-phone di Indonesia jelas memberi profit besar bagi Apple, sedangkan jumlah investasi Apple relatif kecil. 

Jika demikian, langkah yang diambil pemerintah sudahlah tepat. Akan tetapi, pemerintah perlu bersikap tegas dengan kebijakan yang menguntungkan rakyat. 

Jangan sampai larangan ini bersifat sementara. Jika Apple kemudian melobi pemerintah, akankah larangan tersebut dibatalkan?

Indonesia adalah negara dengan potensi besar. Sudah seharusnya pemerintah berpikir cerdik untuk membangun perusahaan semikonduktor dalam negeri. Ini adalah nilai tawar bagi perusahaan asing yang berkeinginan membuka pabrikan disini.

Pemerintah Indonesia di bawah kabinet merah putih perlu mengambil keputusan berarti selama lima tahun kedepan. Jika Indonesia mampu membangun pabri semikonduktor yang bisa membuat chip sendiri, maka ini adalah sebuah nilai tawar. 

Untuk itu, bidang keilmuan sains dan teknologi mesti dikuatkan. Anak bangsa dipacu untuk mempelajari sains dan teknologi demi mendongkrak penelitian mutakhir.

Kampus-kampus terbaik Indonesia sebaiknya dilengkapi dengan pusat riset terbarukan. Ya, negara harus berani mengalokasikan APBN dengan porsi besar. Dunia akademik benar-benar harus diperbaharui untuk menghasilkan kualitas lulusan terbaik. 

Mampukah Prabowo di bawah kabinet merah putih mewujudkan itu semua, atau tetap menjadi negara lemah yang terus diperah asing? kita lihat saja!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun