Kita tidak sedang merasakan arah Indonesia emas yang digambarkan, melainkan Indonesia (c)emas. Populasi besar gagal diarahkan ke hal positif yang menguntungkan bangsa. Akhirnya, eksploitasi sumber alam meningkat ke eksploitasi manusia. Negara maju tertawa riang melihat ini dari gedung pencakar langit sambil membahas green energi.Â
Lalu, hasil alam dikeruk lagi untuk menghasilkan baterai yang katanya mengurangi emisi. Kemudian, baterai yang dirakit di negara maju dijual kembali ke negara berkembang. Amazing, right?
Engines of Prosperity
Dalam sebuah buku berjudul why nations fail, saya mendapatkan istilah engines of prosperity. Istilah ini merujuk pada inclusive markets, di mana kebebasan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan bakat mereka.Â
Kelebihan sistem pasar ini terfokus pada jenis aktivitas yang sesuai dengan kelebihan seseorang. Produktivitas terjaga dan keuntungan lebih baik.Â
Berbeda dengan sistem pasar yang menyaring tenaga kerja berdasarkan kecocokan. Antara jurusan kuliah dan pilihan pekerjaan tidak saling terkait. Akibatnya, terjadilah income trap yang membatasi gaji seseorang di angka tertentu.Â
Misalnya, gaji buruh kasar tidak pernah bisa menyaingi harga kebutuhan harian. Belum lagi harga pajak, biaya sewa rumah, dan kebutuhan yang terus meroket setiap tahunnya.
Engines of prosperity diibaratkan sebagai lokomotif penggerak ekonomi. Sistem pasar dibentuk untuk mengakomodir keahlian dan jenis pekerjaan. Sehingga, target akhir adalah menfasilitasi terciptanya sumber daya manusia berkeadilan dengan gaji yang manusiawi.Â
Tidak seperti sistem ekonomi yang merusak pasar, gap antara keahlian dan pekerjaan cukup kentara. Orang berlomba-lomba meraih pendidikan tinggi dengan harapan memperoleh pekerjaan layak, namun jumlah pendapatan berbanding terbalik dengan harga kebutuhan dasar.Â
Sejak akhir perang dunia kedua, ekonomi dunia mulai terbelah kedalam blok-blok baru. Amerika dan Rusia tergolong dua negara pemegang kendali saat itu. Di bawah kendali kedua negara ini, kita bisa melihat paradigma engines of prosperity dimainkan.
Contoh kecil, lihatlah perbedaan Korea Selatan dan Utara setelah masing-masing di pegang oleh kedua negara ini. Satu maju melesat secara ekonomi, satunya lagi "tertindas" dengan kekangan di bawah kontrol.Â