Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menilik Rencana Investasi Apple di Indonesia, Apa yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah?

18 April 2024   11:08 Diperbarui: 19 April 2024   10:40 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi semikonduktor|freepik.com

"Vietnam has been a key beneficiary of Apple's supply chain diversification, with the country becoming one of iPhone giant's biggest manufacturing hubs outside of China."

Kalimat di atas berasal dari rangkuman salah satu media internasional ternama, www.cnbc.com, terbit 17/04/2024. Sebelum berkunjung ke Indonesia, Tom Cook, CEO Apple, sudah lebih dulu berkunjung ke Vietnam.

Saat ini, Vietnam menjadi negara dengan pabrikan Apple terbesar di luar Cina (Tiongkok). Sejatinya, Cook sedang membangun infrastruktur Apple di luar Amerika agar tidak lagi terikat dengan Cina. 

Jika jeli melihat pergerakan Apple, maka disana kita bisa melihat mengapa Cook 'berusaha' membangun kerjasama dengan negara-negara tertentu.

"the iPhone giant continues to diversify its supply chain away from China"

Apple tidak mungkin berdiri tegak tanpa bantuan Asia. Kantor mereka berdiri megah di Amerika berkat keberadaan pabrik manufaktur penghasil chip di Taiwan dan juga keringat para pekerja di Tiongkok. 

Kata diversify sama makna dengan expand, dimana Apple bertujuan menarik diri dari campur tangan Tiongkok sebagai produsen Apple terbesar.

Saat Steve Jobs memimpin Apple, ia mempercayai Tiongkok karena dua hal; murahnya biaya produksi dan produktivitas kerja yang tidak bisa disamai negara lain. 

Dengan kata lain, Jobs tidak punya pilihan yang lebih masuk akal untuk memproduksi produk Apple dengan cepat dan murah. Tiongkok kala itu belum memiliki teknologi mutakhir seperti saat ini.

Shenzhen masuk sebagai area ekonomi penting (Special Economic Zone (SEZ)) yang didirikan tahun 1980. Artinya, secara logistik Apple diuntungkan dengan jaringan yang sudah terbentuk dan rantai suplai barang yang mudah. 

Jelas saja, Apple mampu menekan biaya produksi karena letak Shenzhen yang terhubung dengan pelabuhan, sehingga Apple sangat mudah untuk mengekspor produknya ke luar Tiongkok. 

Berbeda jika pabriknya berdiri di Amerika. Tahun 1980 Amerika masih anak bawang dengan jaringan yang boleh dikatakan minim. Apple keluar ke publik juga di tahun yang sama. 

Biaya produksi di Amerika jelas mahal. Apalagi ditinjau dari sumber daya manusia dan ketersediaan pasokan barang dalam jumlah besar. Keputusan Steve Jobs bekerjasama dengan Tiongkok sangat masuk akal secara ekonomi.

Kekhawatiran Amerika

Sejak Covid melanda dunia, Apple merasa dirugikan. Produksi Apple terhenti karena regulasi Tiongkok yang wajib dipatuhi oleh pihak Apple.

Ditambah lagi adanya trade war atau perang dagang antara Amerika dan Tiongkok ketika Trump memimpin Amerika, lengkap sudah kekhawatiran Amerika.

Amerika terlambat sadar. Ketergantungan pada Tiongkok membuat mereka lupa untuk memprediksi masa depan. Kini, Tiongkok tidak sama seperti dulu. Mereka sudah bangkit jauh melesat kedepan meninggalkan Amerika. 

Teknologi Tiongkok dalam satu dekade ke belakang mampu menyaingi Amerika dalam banyak hal. Sebut saja kemampuan membangun pabrik semikonduktor yang bisa menghasilkan chip dengan kualitas menyamai produksi negara lain. 

Hal ini bukan hanya menjadi kekhawatiran Amerika, namun juga banyak negara lain. Tiongkok sedang menggelontorkan uang sebanyak mungkin pada bidang penelitian untuk menghasilkan teknologi terdepan.

Alhasil, Tongkok bahkan sudah berhasil menciptakan mesin Litography yang mampu menghasilkan chip tipis dengan kemampuan menyimpan data lebih banyak. 

Media South China Morning Post membuat satu headline berjudul "Tech war: China quietly making progress on new techniques to cut reliance on advanced ASML lithography machines" 

Nah, hanya sedikit orang yang tahu bahwa Belanda adalah negara satu-satunya yang memasok mesin semikonduktor termahal di dunia untuk memproduksi chip terbaik, namanya Advanced Semiconductor Materials Lithography (ASML).

Tiga pemasok terbesar mesin ASML adalah semikonduktor Taiwan, Samsung dan Intel. Hampir 90% kebutuhan chip di dunia untuk kebutuhan smartphone, laptop, gadget, dan elektronik bergantung pada ASML. 

Namun, profit dari penjualan ASML turun 5%. Penyebabnya diprediksi karena larangan ekspor Tiongkok dan menurunya produksi smartphone di dunia. 

Ini merupakan taktik Tiongkok untuk menguasai pasar dunia. Tiongkok sudah memiliki kemampuan yang sama seperti Belanda. Artinya, produksi chip kini cukup mengandalkan mesin buatan sendiri. 

Dalam lima tahun sebelumnya, Tiongkok sudah mengimpor 500 mesin litografi setara 27.5 trilyun dolar buatan ASML dari negeri kincir angin. 

Selama lima tahun itu pula Tiongkok melakukan riset dengan rinci sampai akhirnya bisa menciptakan mesin sendiri. Ngeri bukan? sepertinya Tiongkok memakai rumus, Amati, Pelajari, dan Tiru (APT).

Ekspansi Apple keluar Tiongkok

kemandirian Tiongkok dalam hal riset teknologi mutakhir bukan sekedar gertak. Kebijakan dalam negeri Tiongkok yang membatasi ekspor dari luar menjadi bumerang bagi perusahaan Amerika. 

Amerika kini seperti Kobra tanpa bisa. Ingin mematuk tapi sia-sia saja. Wajar saja, Tim Cook mencari alternatif lain untuk ekspansi pasar. Asia Tenggara adalah target pasar Apple kedepannya.

Mencari kawasan yang sama persis seperti Shenzhen di Tiongkok bukan perkara mudah. Setidaknya, Apple harus bermain lebih cerdik untuk membaca pergerakan lawan. 

Ada beberapa alasan yang membuat Apple memilih Vietnam. Pertama, Vietnam sudah menjadi pasar ketiga terbesar Apple di Asia Tenggara. Kedua, Apple sudah membangun pabrik di kawasan utara Vietnam yang memiliki jaringan suplai barang. Ketiga, ongkos produksi di Vietnam tergolong murah.

Dari segi jarak, Tiongkok dan Vietnam masih bisa dijangkau dengan mudah dan murah. Memindahkan pabrik dari pusat Shenzen ke Vietnam tidak membutuhkan biaya besar karena lokasi yang berdekatan. 

Sebenarnya, India juga masuk ke dalam alternatif Apple. Namun, jarak Tiongkok ke India lebih jauh. Makanya, Tim Cook lebih memilih Vietnam sebagai pilihan utama. 

Walaupun demikian, upah minimum pekerja diprediksi akan naik pada tahun 2025 seiring menurunya usia produksi warga Vietnam. ini menjadi tantangan Apple untuk menekan biaya produksi agar produk mereka bisa dipasarkan dengan harga masuk akal. 

Jadi, secara perhitungan dan asumsi saya pribadi, Tim Cook hanya akan berinvestasi di Indonesia jika kebijakan Indonesia sedikit longgar mengenai upah.

Pabrik Apple di Indonesia

Apakah mungkin Apple membangun pabrik di Indonesia. Saya rasa mungkin saja! tapi, Indonesia tidak akan dijadikan homebase untuk produksi Apple jangka panjang. 

Jikapun Apple membangun pabrik di Indonesia, tujuannya hanya untuk ekspansi pasar saja atau sebagai suplier bahan baku produk Apple.

Indonesia diuntungkan oleh bonus demografi penduduk usia muda. Sayangnya, usia produktif ini sulit diimbangi dengan menciptakan skilled workers alias pekerja dengan skil terukur. 

Intinya, jika kedepannya Apple membangun pabrik di Indonesia, mereka hanya ingin merekrut pekerja non-profesional yang rela digaji standar UMR. Sama seperti yang mereka lakukan di Tiongkok beberapa dekade sebelumnya. 

Untuk itu, Indonesia harus lebih cerdas berpikir 10-20 tahun kedepan. Apakah terlena dengan janji indah Tim Cook atau mau berinvestasi untuk mengembangkan keilmuan anak bangsa sebagaimana yang dilakukan Tiongkok. 

kalau saja pemimpin Indonesia cerdik, seharusnya investasi Apple cukup pada bidang transfer knowledge. Kenapa? karena memang itu yang lebih dibutuhkan. Sumber daya manusia Indonesia perlu di-upgrade dengan kerjasama terukur dan terstruktur. 

Selanjutnya, Indonesia wajib berinisiatif untuk membangun semikonduktor yang mampu menghasilkan chip dalam negeri. kalau ini mampu dilakukan, teknologi pertahanan akan semakin kuat dan ketergantungan pada asing bisa dilepas perlahan. 

Kesimpulannya, adakah pemimpin Indonesia berniat untuk bergerak maju tanpa campur tangan asing, atau terlelap dengan angka investasi yang menguntungkan pihak tertentu?

Silahkan dijawab dengan hati nurani masing-masing.

***

Ditulis oleh Masykur Mahmud. 

Sumber bacaan :


1. Apple will 'look at'manufacturing in Indonesia .... [1]

2. How China Has Added to Its Influence Over the iPhone [2]

3. Why are most Apple products made in China? [3]

4. China's Semiconductor Industry Advances despite U.S. Export Controls [4]

5. US still makes billions in China chip sales, and it's all at risk [5]

6. China imports over 400 lithography machines from the Netherlands in past five years [6]

7. Shares of critical chip firm ASML drop 5% as sales miss expectations with 22% fall [7]

8. Why Apple is Diversifying and Looking to Vietnam as an Alternate Production Center [8]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun