Murid ini duduk di bangku terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada awalnya, saya melebel ia tidak disiplin karena sangat jarang datang ke kelas.Â
Sampai suatu ketika, saya melatih ia berbicara bahasa Inggris dan bertanya tentang keluarga.Â
Eh, disana saya baru tahu jika ibu dan ayahnya telah berpisah dan lebih dari lima kali ia pindah rumah.
Tentu saja ada beban psikologis yang menetap dalam jiwanya. Untuk mau datang saja belajar ke kelas sudah cukup baik bagi siswa seperti ini.
Sebagai seorang guru, saya tidak bisa menyamakan ia dan murid yang datang dari keluarga baik-baik saja.
Nah, disinilah peran guru untuk bersikap ramah menanggapi siswa yang terkendala ketika belajar.
Ketika seorang guru mau menggali lebih dalam, banyak hal yang bisa diperoleh dari jiwa seorang murid.Â
Bayangkan ketika guru acuh tak acuh dan tidak mau memikirkan nasib siswanya. Asalkan sudah megajar dan gaji di awal bulan lancar, selesai sudah tanggung jawab.
 Ini yang sering terjadi di lapangan!
Di kesempatan berbeda pada kelas lain, saya mendapati dua mahasiswa yang sedang belajar di fakultas keguruan namun tidak berniat menjadi guru.
Mereka tidak tahu pasti karir apa yang hendak dipilih, walaupun sudah berada di fakultas keguruan. Itu wajar dan sangat sering terjadi di fakultas keguruan!