Seorang guru yang bersikap ramah jauh lebih disegani oleh murid. Jangan salah memahami, ramah bukan berarti tunduk pada kemauan murid.
Bersikap ramah adalah jembatan yang berfungsi untuk membangun koneksi dengan murid. Senakal apapun murid, ia akan lebih cepat tunduk pada guru yang diseganinya.Â
Seorang teman yang bertugas pada sebuah kantor sering bertukar pikiran dan memberi gambaran akan kompleksitas masalah di sekolah.Â
Guru-guru lebih takut dipindahtugaskan dan menghabiskan waktu lebih banyak pada hal bersifat administratif ketimbang berusaha membangun komunikasi dengan banyak siswa.
Tidak heran, kalau ada 20 guru di sebuah sekolah, yang disegani murid hanya 2-5 saja.Â
Nasehat yang keluar dari mulut guru minoritas ini lebih membekas pada benak siswa ketimbang mereka yang acuh tak acuh pada murid.Â
Maka, kenakalan anak-anak atau murid di sekolah secara tidak langsung juga boleh dikaitkan dengan pola interaksi dan komunikasi guru dengan murid.
Saya merasakan hal yang sama ketika menjadi murid dan membandingkanya ketika menjadi seorang pendidik.Â
Pengalaman mengajarkan banyak hal dari sekedar rentetan teori pendidikan tentang manajemen kelas dan lainnya.
Latar belakang siswa yang hadir disekolah jelas berbeda. Ada yang datang dari keluarga berada, ada yang secara finansial terkendala, dan ada juga yang orang tuanya bermasalah, alias broken home.Â
Saat sedang mengajar, saya sesekali bertanya pada murid tentang keadaan mereka. Sebagai contoh nyata, ada seorang murid yang saat ini sedang saya asuh berlatar belakang broken home.Â