Nah, sebelum menyikapi tantrum pada anak, ada baiknya merefleksi kualitas cara kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak. Bisa saja selama ini sebab tantrumnya anak karena pola komunikasi orangtua yang sedikit frontal.
Biasakan untuk sering mengajak anak berkomunikasi dengan bercanda agar anak mau berinteraksi. Sifat alamiah anak adalah suka bermain dan tidak suka hal yang tetap.
Keingintahuan anak menyebabkan mereka suka mencoba dengan cara yang berbeda. Kadangkala cara mereka bukanlah sesuatu yang mudah diterima orangtua.Â
Oleh karena itu orangtua perlu bijak bersikap saat berinteraksi dengan anak. Ajarkan apa yang boleh dan tidak dengan cara yang menyenangkan bagi anak, bukan dengan memarahi dan menyalahkan anak. Ini akan mengajarkan anak cara berperilaku yang buruk.
Biarkan anak untuk belajar secara alami cara menyalurkan emosi mereka. Jika anak marah maka biarkan mereka mengelola rasa marah dengan baik, jangan sampai kita sebagai orangtua juga ikut marah.
Pada saat anak kesal karena kemauan mereka tidak dikabulkan, maka ajarkan kepada mereka bahwa tidak semua hal dibolehkan. Beri penjelasan mana yang boleh dan tidak dengan cara yang mudah dipahami anak.Â
Mengabulkan semua permintaan anak malah akan menjadikan mereka pribadi yang gagal mengelola emosi. Kalau mereka berteriak lalu orangtua memberikan, maka anak akan belajar bahwa marah itu dibolehkan saat menginginkan sesuatu.
Inilah yang menyebabkan banyak sekali anak yang tumbuh kembangnya terganggu dan gagal mengontrol emosi karena tindakan orangtua yang tidak tepat dan bijak.
Orangtua mesti sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan anak. Jika anak mengalami tantrum, pahami sebabnya terlebih dahulu.Â
Membiarkan mereka marah tidak akan menjatuhkan martabat orangtua, walau sebenarnya orangtua tidak mau malu di depan umum.
Padahal membiarkan anak untuk nangis, marah, atau kesal perlu dilakukan agar anak bisa belajar. Tentunya dengan cara yang tepat dan bijaksana. Bukan berarti membiarkan anak terus menangis tanpa pendampingan.