Tantrum akan mulai muncul pada kisaran umur 2-3 tahun. Namun, setiap anak memiliki kecendrungan yang berbeda. Ada yang tingkat tantrumnya tidak begitu mencolok, sebaliknya ada yang sangat terlihat.Â
Nah, ketidakmampuan anak untuk menunjukkan emosi atas keinginan atau perasaan mereka menyebabkan tantrum muncul. Tujuan utama anak meluapkan emosi adalah untuk menarik perhatian orangtua. Â
Sayangnya, anak pada umur 2-4 tahun masih belum mampu mengontrol emosinya secara benar. Ini mengakibatkan mereka condong mengeluarkan tindakan yang bagi orang dewasa dianggap 'tidak layak'.
Misalnya, anak berteriak kencang, melempar barang, menjatuhkan badan ke lantai, memukul orang lain dan tindakan lainnya yang tidak bisa di kontrol.
Sekali lagi, semua tindakan ini dianggap sangat wajar jika terjadi pada anak di bawah 4 tahun. Intensitas luapan emosi pada anak sangat tergantung pada cara orangtua menganggapi anak saat tantrum terjadi.
Bagaimana seharusnya orangtua bertindak?
Tantrum adalah reaksi yang muncul dari dalam. Saat tantrum terjadi pada anak, hal yang paling diperlukan adalah ketenangan.Â
Orangtua perlu bertindak setenang mungkin untuk bisa menenangkan sang anak. Yang sering terjadi adalah ketidakmampuan orangtua mengontrol emosi mereka saat menangani anak tantrum. Ini mengakibatkan reaksi anak lebih buruk.Â
Bagi orangtua, coba tenangkan diri terlebih dahulu dan jangan terbawa emosi. Pahami bahwa tujuan anak menunjukkan tantrum karena mereka belom mampu mengkomunikasikan secara bahasa verbal.
Artinya, anak pada hakikatnya hanya ingin menarik perhatian orangtua. Penting bagi orangtua untuk bertindak secara benar dalam menangani emosi anak yang belom terkontrol dengan baik.
Hal yang perlu dilakukan orangtua adalah mempelajari pola tantrum anak. Coba telusuri hal apa yang bisa membuat tantrum muncul dari anak. Misalnya, saat keinginan anak tidak terpenuhi.Â