Sedangkan media sosial memakai emoticon atau picture sebagai media ekspresi. Secara jangka panjang otak akan terbiasa menginterpretasi pesan yang tidak normal dari gambar yang dilihat. Ini mengakibatkan otak bekerja secara tidak alamiah.Â
Kecenderungan memakai media sosial jika tidak diimbangi dengan interaksi sosial dalam dunia nyata akan membuat fungsi otak menurun scera drastis.Â
Sebuah artikel terbaru tahun 2019 dengan judul "The "Online Brain": How The Internet May be Changing Our Cognition"Â memaparkan fakta bahwa pemakaian internet mampu merubah struktur otak yang berakibat pada menurunnya fokus dan berubahnya sistem penyimpanan memori di dalam otak (baca di sini).Â
Dalam artikel lainnya "Social Media is Rotting Your Brain" menyebutkan kemampuan otak berkonsentrasi akan berkurang secara drastis saat seseorang terbiasa menggunakan media sosial.
Saat otak terbiasa untuk membuka new tab atau beralih dari satu media sosial ke media sosial lainnya, ini menyebabkan otak membentuk sebuah pola multi-tasking, secara jangka panjang kemampuan otak untuk fokus akan menurun karena sistem koneksi antar neuron yang tidak terjadi secara acak yang membuat pola tak beraturan. (baca di sini)
Just like a gambling or substance addiction, social media addiction involves broken reward pathways in our brains.
Kalimat di atas merupakan sebuah kutipan dari sebuah penelitian yang berjudul "This is Your Brain on Instagram: Effects of Social Media on the Brain".Â
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa menggunakan media sosial ibarat berjudi karena menghasilkan sebuah reward dalam bentuk rasa puas yang semu.Â
Reaksi yang sama hadir jika seseorang bermain judi, atau permainan yang mendapatkan reward berbentuk poin dan lainnya. Ini menyebabkan rusaknya sistem reward di dalam otak. Artinya, otak akan kehilangan kemampuan untuk menerjemahkan rasa bahagia secara normal.Â
Bijaklah dalam menggunakan media sosial dan internet. JIka tak ingin otak bermasalah, kembalilah bersosialisasi secara normal.Â
Simpan Hp anda dan perbanyak berinteraksi dengan sesama. Kemudahan ternyata merusak pola kerja otak. Berhati-hatilah.Â