Sebagai contoh, saat kita menulis ada saraf di jari kita yang mengirimkan sinyal ke bagian otak sehingga koneksi di dalam otak muncul.Â
Hal itu menyebabkan otak mentransfer informasi ke bagian otak lainnya. Sehingga semakin sering kita menuli, maka intensitas transfer antar neuron akan semakin maksimal yang akhirnya membentuk sebuah memori jangka panjang.Â
Berbeda saat kita menulis sebuah note di HP, apalagi dengan fitur kata yang bisa dideteksi otomatis atau dengan hanya berbicara lalu aplikasi akan menerjemahkan. Proses transfer informasi pada bagian otak tidak terjadi secara normal, sehingga mengakibatkan otak melemah dan kemampuan mengingat akan menurun.Â
Jika terbiasa menggunakan HP, regenerasi sel di dalam otak juga akan bermasalah. Nah, ini juga kenapa penyakit pikun akan berbeda antar orang.Â
Perbedaannya akan sangat siknifikan jika dilihat dari seberapa aktif anggota tubuh digunakan. Seorang yang sering berjalan dan beraktivitas akan menyebabkan sirkulasi oksigen ke otak lebih aktif dan membuat otak lebih sehat.
Media sosial membuat otak berfungsi lambat
Banyak penulis barat yang memaparkan fakta bahwa fitur media sosial dihadirkan dengan memanipulasi fungsi otak.Â
Dalam otak manusia ada bagian yang menghasilkan rasa bahagia dan kecewa atau sedih dari hormon yang berbeda.Â
Secara normal rasa bahagia maupun sedih terjadi karena interaksi antar individu. Cara kerja otak yang secara alamiah membuat koneksi antar neuron terjadi dengan efektif dan tentunya sehat.
Saat berhadapan dengan media sosial, otak manusia tidak berjalan secara normal. Misalnya, saat seseorang berinteraksi melalui chat atau status, penggunaan emoticon atau picture adalah media komunikasi yang diterjemahkan secara berbeda oleh otak.Â
Mudahnya saat seseorang berinteraksi langsung, sebuah senyuman atau muka yang cemberut menjadi sebuah database bagi otak untuk diterjemahkan sebagai sebuah kebahagian atau kemurungan.Â