Saya menyarankannya mencari kerja agar bisa setudaknya membantu dirinya dan mungkin membantu orangtua semampunya.Â
Ia sebenarnya sangat ingin membantu tapi karena kebiasaan hidup nyaman membuatnya tidak mewarisi rasa percaya diri yang baik sehingga sangat sulit baginya mendapat pekerjaan dengan kepribadiaanya.
Di sini saya mulai melihat sebuah penyesalan dari raut wajahnya. Dengan postur tubuh yang kekar, ia pun tidak bisa berbuat banyak. Bukan karena tidak mampu, tapi kebiasaan serba ada membuat otak tak mampu keluar dari zona aman.Â
Bicaranya terlibat berat walau keinginan untuk survive sangat besar. Di sini saya belajar bahwa pola asuh dengan nilai kedisiplinan itu adalah sebuah kewajiban.
Ini adalah satu dari sekian banyak cerita yang saya dengar sendiri dari penyesalan seorang anak laki-laki yang hidup serba ada dan Kaya.Â
Tapi, tapi roda hidup terus berputar. Harta yang berlimpah jika tidak diwarisi dengan benar maka akan menjadi sebuah "bom waktu" yang siap meledak kapan saja.
Ayah dan ibu, perlakukan anak laki-laki seperti seorang pemimpin. Didiklah mereka dengan nilai-nilai kedisiplinan dan ajarkan mereka nilai empati dengan cara berbagi dan membantu.
Jangan biarkan mereka hidup tanpa makna, biarkan mereka mewarisi nilai-nilai kehidupan dari pola asuh yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H