Terlepas dari polling yang juga diadakan untuk kandidat presiden 2016 dari partai Demokrat, saya melihat kecenderungan warga Amerika Serikat di tahun 2016 akan memilih kandidat dari partai Republican—siapapun kandidatnya— untuk menjadi presiden berikutnya dikarenakan berbagai masalah terkini yang mereka hadapi.
Hasil polling serta hitung-hitungan tersebut jelas sudah dipelajari oleh partai Gerindra maupun Golkar—partai Zon serta Novanto berasal. Adalah bohong (akal-akalan semata) jika mereka menyangkalnya.
Tidak bisa dipungkiri, pemilu presiden di Indonesia mendapat pengaruh dari kekuatan politik di Amerika Serikat. Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, hanya ada dua kekuatan politik dalam satu episentrum di Amerika Serikat, maka jika di era itu presiden Amerika Serikat berasal dari Demokrat maka siapapun calon presiden Indonesia yang memiliki koneksi dengan partai Demokrat akan mudah melenggang menjadi RI-1, hal yang sama berlaku sebaliknya. Jika di era itu presiden Amerika Serikat berasal dari Republican maka siapapun calon presiden Indonesia yang memiliki koneksi dengan partai Republican akan mudah melenggang menjadi RI-1 —jika anda memahami konsep yang saya sajikan, maka anda akan mendapat sebuah kesimpulan.
Partai Gerindra maupun Golkar (selama Aburizal Bakrie tetap memegang kendali), masih akan melanjutkan romantisme politik mereka hingga tahun 2019 nanti—walaupun menurut saya platform mereka tidak terlalu sejenis. Koalisi Merah Putih (KMP) tetap akan eksis hingga 2019 dengan Gerindra-Golkar sebagai patron KMP walaupun salah satu partai baru saja pindah haluan koalisi, setidaknya Gerindra-Golkar hngga kini masih memiliki kemesraan semu dengan PKS.
***
Bekal Pemilu 2019
Membicarakan pemilu 2019 apalagi menghadapi persaingan tersebut bisa jadi masih terlalu dini untuk dilakukan. Namun, tidak jika anda menginginkan sebuah kesuksesan terhadap keinginan—bisa ditanyakan pada Perindo.
Di dalam politik Indonesia segalanya serba instan, mudah dipengaruhi dan lekas berubah. Dalam keadaan instan tersebut, merupakan hal cerdas jika mempersiapkan strategi jitu dari jauh-jauh hari. Itulah yang berlaku atas motif hadirnya Novanto dan Zon di kampanye Trump.
“Ya enggak. Apa urusannya kita dengan Pilpres AS, punya suara juga tidak.”— Fadli Zon, Wakil Ketua DPR