Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menganalisa Motif Kehadiran Setya Novanto serta Fadli Zon dalam Kampanye Donald Trump

6 September 2015   06:50 Diperbarui: 9 September 2015   08:07 4631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan menunjukkan dukungan sebatas formalitas kehadiran mereka di kampanye Trump, itu bukan merupakan hal sepele yang bisa dianggap kebetulan semata atau bahkan dalam rangka silaturahim. Novanto dan Zon merupakan politisi handal. Mereka tidak bodoh dan mereka jelas tahu bahwa kehadiran mereka tersorot kamera dan akan menjadi konsumsi publik. Seperti yang saya katakan di awal, ketika itu menuju ke ranah politik, hanya ada satu kepentingan, yakni Politik. Jadi, berdasar yang Zon ungkapkan bahwa dukungan terhadap Trump tidak ada urgensinya karena mereka tidak memiliki suara, bagi saya, itu hanya sebagai retorika politik saja.

Berhubung popularitas Trump di Indonesia cukup besar, maka merupakan nilai tawar tersendiri bagi Zon dan Novanto maupun Gerindra-Golkar sebagai bekal pemilu 2019 walaupun Zon dan Novanto maupun Gerindra-Golkar tidak memiliki suara untuk memilih Trump. Semacam Déjà vu “Obama fever” di Indonesia tahun 2008.

Berharap nantinya Trump atau siapapun presiden Amerika Serikat selanjutnya—selama itu mewakili Republican—maka sebagian dari strategi Hashim untuk menghadapi tahun 2019 akan berfungsi dengan baik. Prabowo akan bertarung lagi sebagai calon presiden dan mungkin saja telinga kita akan familiar kembali dengan nama Rob Allyn lagi di tahun 2019.

Jika penguasa sekarang kembali mencoba peruntungannya di tahun 2019, besar kemungkinan masih akan terdapat pola yang sama seperti tahun 2014 lampau. Di satu pihak memiliki koneksi dengan partai Demokrat—salah satu kandidat presidennya adalah Hillary Clinton, istri dari Bill Clinton—sementara pihak lainnya memiliki koneksi dengan partai Republican.

Namun, pikiran saya sangat tergelitik jika saja PKS maupun PPP masih bertahan untuk melanjutkan romantisme semu mereka di KMP karena Republican (GOP) merupakan partai konservatif dengan platform ideologi mereka seperti Economic Liberalism, Fiscal Conservatism, dan Social Conservatism, jelas bertentangan dengan ideologi PKS maupun PPP.

Terlepas dari itu semua, biarkan waktu yang akan menjawabnya di tahun 2016 dan 2019.(ard)

 

nb: Artikel ini juga diposting di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun