Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menganalisa Motif Kehadiran Setya Novanto serta Fadli Zon dalam Kampanye Donald Trump

6 September 2015   06:50 Diperbarui: 9 September 2015   08:07 4631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari polling yang juga diadakan untuk kandidat presiden 2016 dari partai Demokrat, saya melihat kecenderungan warga Amerika Serikat di tahun 2016 akan memilih kandidat dari  partai Republican—siapapun kandidatnya— untuk menjadi presiden berikutnya dikarenakan berbagai masalah terkini yang mereka hadapi.

Hasil polling serta hitung-hitungan tersebut jelas sudah dipelajari oleh partai Gerindra maupun Golkar—partai Zon serta Novanto berasal. Adalah bohong (akal-akalan semata) jika mereka menyangkalnya.

Tidak bisa dipungkiri, pemilu presiden di Indonesia mendapat pengaruh dari kekuatan politik di Amerika Serikat. Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, hanya ada dua kekuatan politik dalam satu episentrum di Amerika Serikat, maka jika di era itu presiden Amerika Serikat berasal dari Demokrat maka siapapun calon presiden Indonesia yang memiliki koneksi dengan partai Demokrat akan mudah melenggang menjadi RI-1, hal yang sama berlaku sebaliknya. Jika di era itu presiden Amerika Serikat berasal dari Republican maka siapapun calon presiden Indonesia yang memiliki koneksi dengan partai Republican akan mudah melenggang menjadi RI-1 —jika anda memahami konsep yang saya sajikan, maka anda akan mendapat sebuah kesimpulan.

Partai Gerindra maupun Golkar (selama Aburizal Bakrie tetap memegang kendali), masih akan melanjutkan romantisme politik mereka hingga tahun 2019 nanti—walaupun menurut saya platform mereka tidak terlalu sejenis. Koalisi Merah Putih (KMP) tetap akan eksis hingga 2019 dengan Gerindra-Golkar sebagai patron KMP walaupun salah satu partai baru saja pindah haluan koalisi, setidaknya Gerindra-Golkar hngga kini masih memiliki kemesraan semu dengan PKS.

***

Bekal Pemilu 2019

Membicarakan pemilu 2019 apalagi menghadapi persaingan tersebut bisa jadi masih terlalu dini untuk dilakukan. Namun, tidak jika anda menginginkan sebuah kesuksesan terhadap keinginan—bisa ditanyakan pada Perindo.

Di dalam politik Indonesia segalanya serba instan, mudah dipengaruhi dan lekas berubah. Dalam keadaan instan tersebut, merupakan hal cerdas jika mempersiapkan strategi jitu dari jauh-jauh hari. Itulah yang berlaku atas motif hadirnya Novanto dan Zon di kampanye Trump.

 

“Ya enggak. Apa urusannya kita dengan Pilpres AS, punya suara juga tidak.”Fadli Zon, Wakil Ketua DPR

 

Fadli Zon Selfie dengan Pendukung Donald Trump, ©Reuters/Lucas Jackson

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun