Tahun 1969 itu, Gedung Sate masih memiliki pekarangan yang belum ditata. Belum ada pagar  dan taman, tamannya ditata tahun 1983an. Banyak pohon besar dan ilalang yang tingginya kadang bisa sampai semeter. Ada batu besar dan kuburan pejuang di sana. Harus waspada juga, lumayan banyak ular berkeliaran.
Kami juga biasa bermain di tanah kosong (sekarang bekas gedung DPRD lama) yang membentang luas di sebelah barat Gedung Sate, menyeberangi Jalan Banda. Sesekali ada oplet jurusan Stasiun Hall  -Jalan Gagak yang lewat sana , tapi jarang sekali.
Aku akhirnya sering sekali 'piknik' ke Gedung Sate di bagian yang halamannya lumayan lebih rapi, di sebelah timurnya. Tentunya sejak disekolahkan di TK Citarum yang satu gedung dengan SPG negeri 1 jalan Citarum (sekarang SMAN 20). Saat TK , olahraga paginya sering juga di sebuah lapangan luas, dengan rumputnya (sekarang Masjid Istiqamah).
Barisan rumah dinas UNPAD itu dari ujung jalan barat berbatasan dengan jalan Banda, hanya ada 8 rumah. Sementara di bagian timurnya ada beberapa petak tanah kosong dan kebun ( sekarang ada 8 rumah berdiri di atasnya), lalu ke arah timur 4 rumah dinas ITB yang terus memanjang sampai ke jalan Cimanuk. Bangunan yang berdiri di jajaran rumah dinas UNPAD itu dibangun tahun 1960an, sementara yang sebelah barat rumah dinas ITB tahun 1950an.
Sebagai bocah , aku terkesima dengan sebuah pohon karet yang besar di depan rumah, kaktus besar, bougenvile ungu dan cemara . Halamannya rindang dan asri. Rumputnya rumput Jepang. Banyak sekali kapling kosong di sebelah barat rumah kami, namun tahun 1970an ada 2 rumah berdiri. Yang satu milik Walikota Bandung Rd Hidayat, yang satu milik Bupati bandung Rd Lili Sumantri. Dan berangsur lahan kosong didirikan ruman dinas ITB, ada 6 rumah baru berjajar.
Menyusul bangunan demi bangunan yang didirikan di Jalan Cimandiri, sehingga tak mungkin lagi aku'moncor' melompati pagar untuk sekedar main kucing-kucingan dan balap lari di lapangan Gedung Sate bagian belakang.
Sebenarnya di tahun 1970 dan 1971 pemandangan berkesan seputar Gedung Sate tersebut sementara harus kutinggalkan. Maklum, kami sekeluarga harus menyusul ayah yang mendapat tugas negara di negeri Jiran. Maka bulan Mei tahun 1971, kami pulang.
Hati kecilku saat itu merasa kecewa karena tak lagi dapat menyaksikan lapangan luas, kebun dan sawah. Jalan Cimandiri mulai dipenuhi oleh bangunan-bangunan permukiman dan sebuah wisma (sekarang wisma dan gedung Alumni Unpad). Sementara di bagian timur rumah tempat tinggal kami mulai dipadati bangunan-bangunan baru secara berangsur.